Nawar Hotel Di Turki
Wening Sastrojoyo
April 29, 2018
1 Comments
Sebelum menclok ke negara orang memang sebaiknya membooking penginapan terlebih dulu agar tidak kerepotan saat sampai di tempat tujuan. Apalagi negara bervisa yang mengharuskan bookingan penginapan sebagai salah satu syarat visa. Turki termasuk negara yang mudah dalam memberi visa pada wisatawan Indonesia yaitu dengan Visa On Arrival yang bisa dibuat secara online tidak perlu datang ke kedutaaan. Karenanya saat saya dan Amel pergi ke Turki selama 2 minggu, hanya booking penginapan sebagian. Di beberapa kota mencari hotel secara dadakan, berhubung bukan peak season dan banyak pilihan hotel dengan harga terjangkau.
Salah satunya di Antalya. Kami naik bus dari Fethiye dengan lama perjalanan sekitar 4 jam dan akan mencari hotel di sekitar terminal sesampainya di Antalya. Kami pikir itu hal yang mudah melihat pengalaman di kota-kota sebelumnya di sekitar terminal banyak tersebar penginapan dengan berbagi model dari yang murah hingga berbintang-bintang. Letaknya pun selalu di pusat kota.
Rupanya dugaan kami salah besar. Terminal di Antalya luas sekali dan letaknya menjauh dari pusat kota serta menyendiri seperti airport dan tidak ada penginapan di sekitarnya. Matilah kau..!! Akses ke kota bisa dengan kereta atau bus. Saat itu sudah hampir jam 11 malam, kereta sudah berhenti beroperasi. Hanya tersisa 1 bus terakhir. Tanpa pikir panjang segera naik ke dalam bus sekalian berlindung karena di area terminal banyak orang berteriak-teriak seperti demo dan suara ledakan berkali-kali. Memang kondisi Turki saat itu belum kondusif masih ada travel warning. Pikiran tak berhenti melayang membayangkan kejadian buruk terjadi di tempat yang sangat asing. Saat itu pergi modal nekad karena tiket terlanjur dibeli 6 bulan sebelum ada kabar miring tentang Turki (kasus kudeta).
Bus masih ngetem menunggu penumpang yang lain. Kami manfaatkan buat browsing hotel di tengah kota. Apesnya hotel yang murah sudah sold out. Dengan terpaksa kami turun di daerah yang terlihat masih ramai dan banyak hotel walaupun mahal-mahal. Saat itu yang termurah adalah Ayhan Hotel sekitar 500 meter belak belok dari halte. Dari luar tampak biasa tapi setelah masuk ke lobby terlihat sangat kinclong. Hati mulai menciut pasrah. Kamar termurah sudah habis tinggal tersisa harga 190 Lira per malam (sekitar Rp 750.000). Biasanya harga 180 Lira untuk 2 malam, ini hanya semalam dan check in telat. Kemahalan mak...!!
Saya mencoba nawar ke resepsionis sambil pura-pura polos.
"Pak boleh ga 100 aja, kita kan check in udah telat"
"Ga bisa neng, paling bolehnya 150"
"Besok pagi banget kami check out deh"
"Sama aja neng mau check out jam berapapun"
"Ya udah, kalau gitu numpang ngecas hape ya pak"
Sambil browsing hotel lain dan mengingat menimbang harus geret koper lagi tengah malem serta mengatur perasaan agar ikhlas membayar lebih mahal, kami duduk di sofa empuk beralaskan permadani mewah made in Turkey. Tampaknya memang harus merelakan 150 TL agar sesekali merasakan seperti princess. Lalu saya kembali ke resepsionis yang saat itu sedang berduaan dengan bapak-bapak bermuka jutek dan tampaknya sedang membicarakan kami. Saat saya mendekat pak jutek pergi ke Bar di ujung ruangan, tapi sesekali masih melirik ke saya dan resepsionis.
"Pak saya hanya punya uang 100 kalau hotel yang lebih murah di sekitar sini dimana ya?"
"Memang kamu mau nginap berapa malam?"
"Malam ini aja pak, besok pagi sekali check out"
"Ya sudahlah boleh..." kata bapak meluluh
"Benarkah pak?"
"Iya boleh, tapi lihat tuh bos saya marah" ternyata pak jutek itu bosnya.
Ya biarlah dia marah pak, besok-besok belum tentu ketemu lagi. Entah kapan lagi bisa ke Antalya. Terima Kasih Ya Allah... Terima kasih bapak resepsionis yang baik, terima kasih pak bos yang jutek, yakin deh biar jutek sebenarnya hati bapak lembut. Cakep pula pak. Kalau soal cakep dunia mengakui orang Turki memang cakep-cakep.
Bapak meminta paspor dan memproses administrasi lalu memberikan kunci kamar di lantai 6. Liftnya modern, dindingnya kinclong kemana-mana, semua lantai dilapisi permadani, beda sekali dengan hotel-hotel kami sebelumnya. Kuncinya pun pakai kartu atm bukan grendel krompyongan seperti di rumah. Lebih surprise lagi saat membuka kamar, namanya juga hotel mahal so pasti donk kasur bantal dan selimutnya bagus, kamar mandinya bagus, peralatannya mewah semua. View dari jendela langsung ke laut yang dihiasi tebing-tebing kars. Setelah browsing lebih lanjut ternyata lokasinya tepat di Historic City Centernya Antalya yaitu Kaleiçi. Lalu tersadar dan bengong sendiri...
"Pantesan mahal... Kok berani ya kita nawar hotel kya gini" kata saya ke Amel.
"Kyanya besok ga bisa bangun pagi deh..."
"Ga bakal diusir ini kan, ya udah sebangunnya aja, trus breakfast, pasti makanannya enak-enak"
"Yang penting gw sekarang mau tidur" jawab Amel mulai meringkuk ke dalam selimut.
Benar saja paginya kami keenakan tidur, berhubung saya sedang tidak sholat jadi bablas sampai jam 8 lewat. Kami hanya cuci muka lalu ke lantai paling atas untuk breakfast. Masih pakai baju tidur dan sendal hotel. Ternyata prestisius sekali. Makanan dan minumannya berderet segala macam ada. Piring, gelas dan sendoknya berat-berat, bagus seperti di sinetron rumahnya horang kayaaah... Daaan semua pengunjung berdandan rapi tidak ada yang pakai baju tidur seperti kami. Berhubung muka asing ditambah penampilan nyentrik kami jadi pusat perhatian selayaknya selebritis lewat. Perasaan semua orang menatap dalam-dalam. Semoga karena cinta. Biarinlah kapan lagi mereka melihat muka kya saya kan kasian kalau harus ngejar ke Pacitan.
Restoran di roof top, foto dari google |
Jam 10.30 kami check out, syukurlah petugas resepsionisnya sudah ganti dan bapak bos jutek juga tak tampak. Kami masih minta tolong sekali lagi, titip tas sampai nanti malam. Sudah mah nawar masih titip pula... Tapi Alhamdulillah diijinkan. Orang Turki memang baik-baik. Setelah keliling Antalya seharian kami akan naik bus malam ke Cappadocia.
Oiya orang yang teriak-teriak di terminal malam itu ternyata bukan demo. Sebelum berangkat ke Cappadocia saya sempat melihat kerumunan orang berteriak-teriak tapi terlihat happy dan sesekali foto-foto bareng laki-laki gagah yang tampan sekali. Saya mendekat kesana dan tanya ke babang-babang yang ganteng semua.
"Who is he?"
"Ashkar, ashkar..."
"What is Ashkar? Soccer?" saya masih belum nyambung.
"No, Ashkar"
"Moto Gp?" duh pembalab atau apa ya...
"No..."
"Hmm????"
Lalu salah satu dari mereka mengutak-atik hp dan menunjukkan gambar tentara di lokasi perang.
"Ooouuw SOLDIER...!!!"
"YEESSS...!! semua menjawab senang.
Oalaahh kirain demo....
Jadi tentara yang akan ditugaskan atau pulang bertugas dari daerah peperangan akan disambut dan diarak diangkat-angkat sambil teriak "HI ASHKAAR...!!! HI ASHKAAR...!!!"
Begitulah kiranya, sekian dan terimakasih. Sampai jumpa di Cappadocia banyak kisah nangis berdarah (dibaca lebay) yang pernah saya tulis sebelumnya disini Bila Memang Harus Berpisah.
**Mengenang tepat 2 tahun yang lalu tanggal 29 April 2016 saat pertama kali menginjakkan kaki di Turki**