Myanmar Pada Suatu Hari
Wening Sastrojoyo
December 09, 2020
0 Comments
Malam itu saya beruntung bisa melewati imigrasi di Yangon International Airport dengan lancar. Kebagian petugas yang murah senyum walaupun mukanya tetap dingin dan datar seperti lempengan es. Tidak ada pertanyaan yang mendebarkan hanya ucapan selamat datang "Enjoy your vacation".
Keluar airport mulai disambut dengan tulisan keriting seperti bawang goreng setengah gosong. Sebagian ada terjemahannya, sebagian polos. Paras orang Myanmar seperti orang Indonesia hanya beda penampilan. Mereka sehari-hari memakai baju khas yang disebut Longyi. Seperti sarung untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan. Bagaikan kaum adam yang pulang dari masjid atau sedang sunatan massal.
Gigi mereka berwarna merah kehitaman karena sering makan sirih (nginang). Serta cemong-cemong di muka memakai Thanaka atau bedak dingin kalau di Indonesia.
Belanja oleh-oleh di supermarket |
Untuk menyambung nyawa di negaranya Ibu Aung San Suu Kyi, saya menukar uang ke money changer di pintu keluar airport. Uang Myanmar tidak dijual di Indonesia sehingga membawa USD menjadi solusi yang tepat. USD juga diterima untuk pembayaran di Myanmar. Tapi hanya seri terbaru dan yang masih kinclong. Dolar kucel bakal ditolak mentah-mentah karena sungguh tidak pantas, masih banyak yang lebih baik di luar sana. Halah!
Saya menukar 100 USD menjadi 142.600 Ks, kalau dirupiahkan tinggal ditambah nol 1. Dari selembar ditukar jadi berlembar-lembar mendadak berasa jadi orang kaya. Maklum banyak pecahan 1000 bikin dompet jadi tebal.
Tak lupa saya membeli simcard lokal untuk mengaktifkan paket data internet. Koneksi internet sangat diperlukan di Myanmar terutama untuk melihat google map dan memesan grab. Saya membeli merk Ooredo 5GB 7000 Ks. Ada juga merk lain di gerai sebelahnya. Mbaknya memasangkan simcard ke Hp dan diaktifkan sampai beres.
Saya ketinggalan info jika bus umum ke kota sudah bisa di akses dari pintu keluar airport. Bus jurusan ke Sule Pagoda yang mana dekat dengan penginapan yang saya booking. Tinggal jalan kaki 500 m. Untuk naik bus ke kota sebelumnya harus keluar airport sekitar 1 km. Karenanya saya memesan grab langsung ke hostel dengan ongkos 8000 Ks. Padahal naik bus hanya 500 Ks. Ya gapapa kan orang kaya. Dompetnya aja tebal penuh dengan uang seribuan.
Sepanjang jalan diam membisu tidak ada obrolan dengan babang grab karena keterbasan bahasa. Babangnya bebetan sarung digulung di pinggang, pakai atasan kemeja putih yang sudah berubah warna dan giginya merah kehitaman karena tak henti mengunyah racikan daun sirih. Di kampung jaman dulu banyak mbah-mbah nginang tapi sekarang jarang sekali generasi penerusnya. Pernah nyicip rasanya pedes-pedes getir pait bhaaghh.. Gak jelas! Entahlah kenapa sangat disukai di Myanmar ini.
Sampai di penginapan saya segera tidur karena perjalanan 8 jam ditambah transit di Malaysia 3 jam lumayan melelahkan. Menyiapkan tenaga untuk esok hari. Untuk makan malam masih ada bekal dari kosan. Petugas di hostel baik-baik semua, sopan dan lancar bahasa Inggris biarpun dialeknya beda.
Sarapan pagi disediakan di hostel. Ada 2 pilihan mie goreng dan sandwich. Ditambah buah semangka dan kopi atau teh bikin sendiri. Saya makan mie goreng. Makanan halal di Myanmar tidak begitu mengkhawatirkan. Penduduknya mayoritas Buddist dan banyak vegetarian.
Selesai sarapan saya duduk di rooftop dan berkenalan dengan traveler dari Perancis, Valencia dan Grace. Mereka traveling 3 bulan keliling Indochina.
"Indonesia katanya negara yang bagus tapi kami belum bisa ke sana saat ini"
"Iya negara kami banyak pulau dan pantai. Apa kalian akan pergi ke Bali?" biasanya orang bule demennya Bali.
"Oh no, Bali banyak Australian rese kami tidak ingin kesana"
"Betul hahaha..."
Sok akrab sama bule ada untungnya juga. Sore harinya kami sama-sama pergi ke terminal Aung Mingalar yang jauh dari pusat kota Yangon. Ongkos naik grab 100 ribuan. Saya diajak bareng dan dikasih gratis. Rejeki anak mamih. Kami akan pergi ke Bagan naik bus malam. Bedanya saya naik yang bisnis class, mbaknya VIP. Segini dululah ya ceritanya kapan-kapan disambung lagi. Jiayou!!