May 28, 2016

Twelve Inside

May 28, 2016 0 Comments
Hari ini sebulan yang lalu saya berada di KLIA menunggu pesawat yang akan membawa saya ke negeri asal usul bunga tulip yaitu Turki. Alhamdulillah rejeki mengantarkan saya untuk melihat orang-orang cakep. Itulah yang selama ini terlintas jika mendengar kata Turki, sehingga kesabaran saya untuk segera sampai di tempat tujuan bener-bener diuji hehehe... Bukan deh saya tertarik dengan situs sejarah disana. Pengen tau negara dengan budaya perpaduan antara Eropa dan Asia. Ya gayanya sih biar nambah pengetahuan.

Saya bersama Amel partner travelmate yang akan pergi seperti anak kembar. Sebenarnya masih ada teman segrup di fesbuk yang pergi dengan waktu yang hampir bersamaan. Semua belum pernah ketemu tapi bikin grup kecil untuk sharing itinerary. Ada Tiara, Indah, Anisah, Yesti dan Zora. Kecuali saya dan Amel sebelumnya pernah bareng ke Korea dan memang kali ini berencana pergi sepaket alias barengan, alias itinerarynya samaan, alias patungan apa-apa biar lebih murah. Maklum karena saya orangnya murahan, dari mulai pesawat, hotel, bebelian apa aja semua cari yang murah. Selain saya dan Amel ada Tiara yang bareng sepesawat. Jadilah berangkat bertiga.

Setelah melayang di udara selama belasan jam, pesawat yang berbahasa arab itu mendarat dengan cantik di Istanbul Ataturk Airport. Sesuai dengan rencana setelah beres imigrasi dan claim bagasi kami akan menarik uang Turkish Lira di ATM, menyewa modem wifi lalu membeli Istanbul card untuk naik berbagai angkutan umum selama di Istanbul. Datanglah kami ke sebuah loket yang antriannya lebih dari 10 orang.

Satu per satu antrian mulai terurai dan tiba giliran kami untuk memesan kartu ajaib itu. Saya dan Amel hanya membeli 1 karena bisa digunakan lebih dari 1 orang. Sedangkan Tiara membeli sendiri karena tidak akan bareng seterusnya.

"Istanbul card 1" pesan Amel kepada ibu penjaga loket dengan menunjukkan jari telunjuknya.
"Twais sisaid" jawab ibu separuh baya yang cantik sambil mengutak atik komputernya.
"How much?"
"Twais sisaid" ibu mengangguk ramah dan tersenyum manis. Kesan pertama orang Turki selain cakep juga baik dan ramah.

"Ngomong apa sih dia?" tanya Amel menoleh ke saya dan Tiara.
"Gw dengernya twais sisaid"
"Twais sisha" lanjut Tiara.
"Itu ngomong Inggris apa Turki?"
"Kyanya sih Inggris?"
"Twice, dua kali gitu?"
"Ga tau hahahhaa...."

Kami saling melempar pandangan bengong dan berlanjut ngakak yang tak bisa ditahan. Maafkan ya bu. Tante yang antri di belakang kami pun ikutan tertawa. Tanya ke beliau juga geleng-geleng, tampaknya bukan Turkish.

"Sorry write here please" pinta Amel ke sebuah kertas lalu ibu menuliskan pelan-pelan, "12 inside" sambil mengulangi perkataannya "Twaaiiis ssiisaaid"

"Ooo... TWELVE INSIDE...." celetuk kami hampir bersamaan dibarengi dengan perasaan lega. Jadi harganya 12TL dan langsung masuk, nah begitulah kira-kira. Tapi sebenarnya menurut website harga kartunya 6TL dan depositnya ya terserah mau diisi berapa. Setidaknya saat itu kami punya 6TL buat naik metro ke hotel.

Beres urusan twais sisaid kami menuju ke metro subway dan mulai beraksi mencari posisi hotel yang telah kami booking. Untunglah hanya berjarak 4 stasiun dari airport dan tidak perlu pindah-pindah kereta. Sepanjang jalan mata saya bener-bener dimanjakan dengan parasnya orang-orang Turki. Rasanya antara orang dan boneka susah dibedakan. Udah tinggi, mulus, bening, brewokan tipis beegghh..... Kalo di film kartun tuh pasti mata saya bunyi plug plug trus keluar love love love warna pink yang buanyaaakk dan bertebaran dimana-mana. Selamat datang di Turki...