Apr 30, 2022

Camkoha

April 30, 2022 2 Comments
Saat ini saya dalam perjalanan pulang ke kampung halaman naik Tayo. Alhamdulillah lancar jaya karena tol diberlakukan 1 arah. Sambil dengerin alunan musik mau menyapa yang berada di pulau seberang. Hai adik-adik Bengkulu apa kabar? Kangen ya dengan kalian semua. Idak ngicu. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT di manapun berada.

Tiga bulan menjauh dari kampung halaman bukan waktu yang sebentar. Jauh dari orang tua dan orang-orang tersayang pastinya berat sekali. Mengharu-biru susah diungkapkan seperti saat menatap langit senja. Seandainya nangis bisa mempercepat jalannya waktu pasti bakal nangis sejadi-jadinya biar mimpi itu segera berlalu. Halah...

Dilepas di lingkungan kerja rumah sakit yang mana pada saat itu gelombang ketiga covid sedang puncak-puncaknya. Begitu datang langsung berhadapan dengan kerjaan bejibun dan antrian pasien yang mengular tiada hentinya. Entah dinas pagi, siang atau malam tak ada bedanya. Sibuuuk semua. Untuk sekadar bertegur sapa pun terkadang tak ada waktu.

Itulah yang membuat saya susah kenal dengan kalian. Dari 12 orang yang saya tau hanya Fia. Karena Fia pernah ikut saya onsite ke sebuah perusahaan. Kedua Deno karena ikut onsite juga beberapa minggu setelahnya. Sehingga jika berpapasan bisa menyapa "Hai Fia... Hai Deno... " Sedangkan yang lain cukup hai saja malah kadang gak ditegur kalau terlalu lelah hahaha... Sombong kan!! 

Begitu aja seterusnya sampai 2 bulan berselang. Sampai akhirnya kasus covid menurun, sampel PCR mulai berkurang dan semua boleh ikut belajar ke ruang PCR secara bergiliran. Barulah saya bisa mengenal satu per satu.

Pertama grup Fia, Deno dan Tissa. Saya sebut mereka grup serius karena tegang seperti sidang skripsi di ruang panas. Tidak banyak omong, hanya senyum-senyum dan terkesan formal sekali. Tapi by the way ternyata itu bohong yes hanya intermezzo aja karena baru kenal dan baru pengalaman pertama ikut ke PCR. Masih belum mencair ceritanya.

Berhubung belum ikut ekstraksi jadi masih semangat pengen belajar lagi dari awal proses sampai selesai. Nah hari-hari berikutnya mulai mengalir seadanya. Ramai juga ya. Sambil ngabuburit iseng ngrontokin belimbing, metik cabe di kebon belakang rumah sakit dan pastinya gak ketinggalan foto-foto ala boyband.
 
Tissa, Saya, Fia, Deno, Bu guru Isna dengan background pohon belimbing.
Ngabuburit di lorong kehidupan
Menggapai asa meraih belimbing. Segala kekurangan adalah anugerah terindah. Gak nyambunglah.

Minggu berikutnya ikut lagi grup Teh Cici. Saya sebut begitu karena diantaranya ada yang mirip Teh Cici senior di lab. Bahkan lebih ingat dan sering memanggil Teh Cici daripada nama aslinya yaitu Tika. Teman-temannya biasa memanggil mbaknya. Rajin sekali bersih-bersih semua dilap sampai kinclong dan dirapikan sampai mulus. Segrup dengan Aisyah yang kocak dan Mutia yang pandai memanjat pohon. Grup ini lumayan heboh dengan tiktok dan karaokean. Di sela-sela kerja disempatkan bergaya ala pengamen sambil nyanyi "Tongkrongan kami pecundang... pecundang...." Entahlah lagu apa itu baru pertama kali dengar, lanjutkan deh yang penting happy ya...

Saya, Aisyah, Mutia, Teh Cici, Bu guru Isna

Tim Karaoke. Saat videonya diputar lagi setelah berpisah ternyata bikin sedih.

Aauuwooooww... Panen belimbing.

Grup selanjutnya adalah grup pendiam yaitu Aji, Refita dan Emelia. Yang pendiam hanya Emelia tapi seolah semua jadi ikut diam. Menghadapi grup pendiam cukup membingungkan krik krik mati gaya jadi mending ikut diem aja. Untung ada bu guru Isna yang bisa mencairkan suasana. Hanya grup ini yang tidak kemana-mana disela-sela istirahat, cukup diam di tempat dan tidak ada foto-foto juga. Begitu selesai belajar langsung kembali ke lab depan. Tidak sempat ikut ke PCR lagi karena keburu masa PKL selesai. Melihat kehebohan grup yang lain akhirnya protes "Kami kecewa gak diajak jalan-jalan..." Hahaha...

Bu guru Isna sedang mengajari murid-muridnya. Refita sadar kamera.

Grup terakhir adalah tim hore. Azizah, Windy dan Kinan. Ramai dan asyik dari sananya (dibaca brisik ups!!). Mereka begitu antusias berebut ikut ekstraksi memakai hazmat. Karena hanya 1 jadi hompimpah berkali-kali siapa yang menang dia yang dapat. Hari pertama dimenangkan oleh Azizah. Hari kedua Kinan. Untuk Windy anda belum beruntung. Tidak apa panas pakai itu gak ada enak-enaknya...

Saat kamu pengen nonton konser tapi gak punya tiket.

Tim Horeeee Yeeiiy....

Overall semua pinter, rajin dan santun sekali. Jarang dimiliki oleh anak-anak PKL sebelumnya dari kampus lain. Kalian memang beda pokoknya the best deh. Kami semua sangat kehilangan saat kalian pergi. Selama 3 bulan sangat-sangat terbantu. Terlebih saat banyak onsite, antrian panjang di ruang sampling maupun loket dan juga urusan input peduli lindungi. Terimakasih banyak yaa...

Selamat melanjutkan perjuangan ya adik-adik hingga akhirnya bisa mewujudkan semua mimpi-mimpi. Semoga kita bisa ketemu lagi di lain kesempatan atau jadi teman kerja beneran. Siapa tau rejeki kerja di RSKM Cilegon setelah lulus nanti. Aamiinnn. Salam sukses. Camkoha!!

Wait kita selipkan juga album kenangan yang terabadikan di setiap kesempatan.

Buka bersama di rumah Selen. Ada yang pakai drama nyasar segala, Azizah, Kinan, Windy dan Dang Deno gara-gara driver Maxim tidak hafal tempat dan google map menyesatkan. Akhirnya mereka buka puasa dulu di jalan sebelum dijemput.

Buka bersama di Laboratorium sekaligus perpisahan.

Bertukar peran jadi anak PKL dibimbing oleh Kakak Aisyah

Teman-teman seperjuangan Teh Cici dan Mutia.

Anak PKL baru, Zizah (susternya Simba, Keke dan Ameena) dan Deno. Saranghaeyo Dang...

Ini yang saya kenal pertama kali. Hai Fia...
Kinan. Namanya sama dengan kucing saya hahahaa... Katanya masih pengen banyak nanya-nanya tapi pas ketemu malah lupa lalu tiba saatnya berpisah bye bye...