Sehari menjelang keberangkatan saya mendapat kabar dari seorang teman yang saat itu berada di Thailand bahwa besok penerbangan dari
Jakarta kemungkinan akan dibatalkan, melihat situasi di Bangkok semakin
memanas karena demonstrasi. Waduh. Masa harus gagal acara padahal sudah
packing sudah siap semua. Oh tidak..!! Saya harus nekad dulu ke bandara, lihat saja besok.
Pagi buta saya gendong ransel kesayangan ke pinggir jalan tempat taksi biasa mangkal. Tapi tidak ada taksi satupun alhasil ojek jadi pilihan untuk mengantar ke poll bus damri. Perjalanan ke bandara cukup lancar masih tersisa waktu 2 jam untuk check in. Suasana cukup ramai dan antrian penumpang ke Bangkok lumayan panjang, tidak ada tanda-tanda akan dibatalkan. Kurang lebih setengah jam proses check in selesai. Saya duduk sejenak untuk menikmati nafas lega setelah sekian lama dihantui rasa was-was.
Mendekati waktu boarding saya ke imigrasi dan ternyata antriannya panjang sekali. Sampai pesawat memanggil saya belum juga bergerak dari antrian. O’o..!! Saya minta ijin didulukan syukurlah mereka semua tidak keberatan. Tadinya santai lupa kalau harus melewati imigrasi segala, dikira mau pulang ke Jawa. Ternyata masih banyak penumpang lain yang masih tertahan sehingga harus delay beberapa saat. It's okey yang penting jadi terbang. Bangkok I am coming...
Perjalanan ke Bangkok sekitar 3.5 jam. Setelah pesawat berhenti sempurna saya ambil ransel di bagasi kabin lalu menggendongnya keluar. Tiba-tiba terdengar seseorang menepuk ransel dari belakang.
“Lo mau backpackeran?” saya menoleh ke belakang, walaupun tidak yakin sayalah yang ditegur.
“Iya mbak"
“Ama siapa?” tanyanya lagi. Nah baru yakin ngomong dengan saya hihihi…
“Sendiri”
Pagi buta saya gendong ransel kesayangan ke pinggir jalan tempat taksi biasa mangkal. Tapi tidak ada taksi satupun alhasil ojek jadi pilihan untuk mengantar ke poll bus damri. Perjalanan ke bandara cukup lancar masih tersisa waktu 2 jam untuk check in. Suasana cukup ramai dan antrian penumpang ke Bangkok lumayan panjang, tidak ada tanda-tanda akan dibatalkan. Kurang lebih setengah jam proses check in selesai. Saya duduk sejenak untuk menikmati nafas lega setelah sekian lama dihantui rasa was-was.
Mendekati waktu boarding saya ke imigrasi dan ternyata antriannya panjang sekali. Sampai pesawat memanggil saya belum juga bergerak dari antrian. O’o..!! Saya minta ijin didulukan syukurlah mereka semua tidak keberatan. Tadinya santai lupa kalau harus melewati imigrasi segala, dikira mau pulang ke Jawa. Ternyata masih banyak penumpang lain yang masih tertahan sehingga harus delay beberapa saat. It's okey yang penting jadi terbang. Bangkok I am coming...
Perjalanan ke Bangkok sekitar 3.5 jam. Setelah pesawat berhenti sempurna saya ambil ransel di bagasi kabin lalu menggendongnya keluar. Tiba-tiba terdengar seseorang menepuk ransel dari belakang.
“Lo mau backpackeran?” saya menoleh ke belakang, walaupun tidak yakin sayalah yang ditegur.
“Iya mbak"
“Ama siapa?” tanyanya lagi. Nah baru yakin ngomong dengan saya hihihi…
“Sendiri”
“Mau kemana?”
“Chiang Mai”
"Gw bolak balik ke Thailand tapi belum pernah kesana, emang di sana ada apa?"
"Gw bolak balik ke Thailand tapi belum pernah kesana, emang di sana ada apa?"
"Katanya ada bunga sakura mbak"
Beliau adalah Mbak Rn yang akan belanja bersama suaminya. Sebelum keluar saya minta peta ke Tourist Information. Beres imigrasi kami ke Airport Rail Link (City Line) yaitu stasiun kereta menuju ke kota. Kami akan ke St. Phaya Thai lalu ke BTS Skytrain (Sukhumvit Line) ke St. Mo Chit sedangkan Mbak Rn ke arah sebaliknya St. Rachathewi. Alhamdulillah dibayarin hihihi...
Dari St. Mo Chit saya disuruh mbak Rn naik taksi ke terminal bus
Mo Chit, tempat bus jurusan Bangkok - Chiang Mai berada. Waktu masih
panjang masih sempat jalan-jalan dulu ke Pasar Chatuchak yang terletak tidak jauh dari St. Mo Chit. Berhubung umpel-umpelan, panas, keringetan, lengket saya tidak betah dan keluar.
Saya ngadem ke taman di sebelah pasar yaitu Chatuchak Park. Selonjoran di bawah pohon sambil makan bekal dari kosan ada jeruk, permen dan beberapa biskuit. Jauh lebih nikmat dari
pada jalan-jalan di pasar apalagi ditemani mas bule ganteng yang bersandaran ransel di pohon sebelah.
Chatuchak Park |
Terlihat matahari mulai condong, saya bergerak mencari taksi untuk ke terminal Mo Chit. Taksi saat itu lumayan mahal karena efek demo. Sampai di terminal saya mencari tempat penjualan tiket bus ke Chiang Mai. Ada banyak armada bus dan pilihan kelas. Tentunya saya pilih yang paling murah, yaitu 563 THB (1 THB = Rp 390). Lalu saya diberi selembar tiket dengan tulisan keriting semua kecuali nama saya, jadi ragu benarkah ini tiket ke Chiang Mai? Beruntung bertemu dengan mbak mahasiswi di ruang tunggu dan menemani ngobrol.
“Mbak ini tulisan Chiang Mainya yang mana ya?”
“Ini Bangkok, ini Chiang Mai"
"Trus yang bawah ini apalagi?"
"Nomer platform 38, nomer busnya
139, bus berangkat jam 18.00” jelasnya.
“Coba lihat punya saya, yang tulisannya sama yang mana?” tanya
beliau sambil menunjukkan tiketnya, seperti mainan carilah perbedaan pada gambar berikut ini.
“Ini Bangkok, trus ini Phuket” kata saya
“Ya betul”
“Ya iyalah dibawahnya ada tulisan Inggrisnya
hahaha..”
Lalu mbak itu menerjemahkan tulisan di belakang tiket saya yaitu macam-macam fasilitas yang disediakan oleh bus.
Lalu mbak itu menerjemahkan tulisan di belakang tiket saya yaitu macam-macam fasilitas yang disediakan oleh bus.
"Oiya mbak gimana cara bilang "thank you" di Thailand?" tanya saya.
“Kob..kun..kha..” jawabnya seperti mengajari anak kecil.
“And you're welcome?”
“Yii..dee..kha..” entah spellingnya bener apa ga. Lumayan buat gegayaan nanti nun jauh disana.
Jam 17.30 saya disuruh cari tempat bus berada. Saya pikir bus akan datang ke depan ruang tunggu, ternyata harus cari sendiri ke platform 38. Dan rupanya semua penumpang sudah naik. Busnya lumayan nyaman tempat duduknya lega, ada selimut, bantal leher dan sandaran kaki. Melihat mbak sebelah kelihatannya enak sekali menyandarkan kakinya, tapi bingung cara bukanya. Tanyalah ke beliau, eh tinggal dipencet tombol di sebelah kursi dan di tarik sandaran kakinya sesuai selera. Norak banget hihihi…
“Thank you”
“You're welcome, where are you going?”
“Chiang Mai” jawab saya sesingkat mungkin biar tidak ditanya lagi, karena belum tahu sama sekali tentang Chiang Mai, takut
ditanya Chiang Mainya mana? Nah lo...
Tak berapa lama ada mbak-mbak berpakaian rapi seperti pramugari membagikan snack dan air mineral. Lalu tepat jam 18.00 bus bergerak meninggalkan terminal Mo Chit. Di perjalanan mbak pramugari sering mider menawarkan berbagai minuman ada jus, teh dan kopi. Gratis.
Setengah perjalanan sekitar jam 00.30 bus berhenti di rest area. Saya pikir tempat apa karena sederhana sekali tidak seperti rest area di lndonesia yang menyerupai tempat wisata. Semua penumpang turun. Saya bermaksud ke toilet, tapi bingung tidak ada tulisan toilet hanya tulisan keriting dengan tanda panah di bawahnya menunjuk ke sebuah pintu dengan ciri-ciri seperti toilet. Tidak ada tulisan ladies atau gents, tidak ada gambar orang seperti di rest room pada umumnya. Semuanya alphabet Thailand. Lah meneketehe... Dari pada salah masuk, saya menunggu di depan pintu agar ada yang masuk duluan.
Tak berapa lama ada mbak-mbak berpakaian rapi seperti pramugari membagikan snack dan air mineral. Lalu tepat jam 18.00 bus bergerak meninggalkan terminal Mo Chit. Di perjalanan mbak pramugari sering mider menawarkan berbagai minuman ada jus, teh dan kopi. Gratis.
Setengah perjalanan sekitar jam 00.30 bus berhenti di rest area. Saya pikir tempat apa karena sederhana sekali tidak seperti rest area di lndonesia yang menyerupai tempat wisata. Semua penumpang turun. Saya bermaksud ke toilet, tapi bingung tidak ada tulisan toilet hanya tulisan keriting dengan tanda panah di bawahnya menunjuk ke sebuah pintu dengan ciri-ciri seperti toilet. Tidak ada tulisan ladies atau gents, tidak ada gambar orang seperti di rest room pada umumnya. Semuanya alphabet Thailand. Lah meneketehe... Dari pada salah masuk, saya menunggu di depan pintu agar ada yang masuk duluan.
Artinya toilet |
Selesai ritual alam saya ingin
menggosok gigi, tapi sikat gigi ada di dalam bus. Sayapun keluar hendak
mengambilnya. Tapi apa yang terjadi... Bus jurusan Bangkok-Chiang Mai tidak ada pemirsah, hanya ada bus Bangkok-Mae Hong Son dan satu kakek yang saya tanya entah ngejawab apa. LHAAH..!! Kemana? Apa
maksudnya ini saya ditinggalkah? Perasaan ke toilet cuma sebentar. Trus orang-orang pada kemana?
Sepertinya tidak mungkin ditinggal pasti mbak pramugari bakal ngecek dulu penumpangnya sudah lengkap atau belum dan mbak di
sebelah juga tidak mungkin diam kalau sebelahnya masih kosong.
Saya coba melangkahkan kaki ke teras paling ujung. Ternyata
dikejauhan di sebelah rest area ada bus yang sepertinya sedang diisi
bensin. Saya mendekat ke bus itu dan ternyata bertuliskan Bangkok-Chiang Mai.
“Chiang Mai?” tanya saya ke crew di dekatnya.
“Yes!” Mak…PLONG. Bapaknya ngomong bahasa Thailand yang saya tahu maksudnya “Nunggu disana
aja”. "I want to take something pak".
Ternyata di dalam bus tidak ada orang satupun, lha terus pada kemana? Entahlah. Saya ambil sikat gigi dan kembali ke toilet lalu melakukan ritual secepatnya, takut ditinggal. Keluar dari toilet bus sudah kembali di tempat semula dan penumpang yang lain juga mulai masuk. Masih penasaran kok penumpangnya tiba-tiba menghilang lalu nongol lagi. Penasaran saya terjawab setelah hari ketiga di Chiang Mai setelah saya mengamati bekas tiket bus, ternyata ada bagian yang diberi pembatas bolong-bolong untuk disobek sepertinya kupon makan. Lha wong tulisane kriting mana saya tau. Jadi mungkin pada makan, tapi dimana rumah makannya? Ya sudahlah... kembali ke perjalanan... Bus kembali melaju dan saya kembali tidur.
Menjelang jam 4 pagi saya terbangun karena ada beberapa penumpang yang turun. Rupanya bus telah memasuki daerah Chiang Mai. Tak berapa lama kemudian bus berhenti di terminal Chiang Mai. Begitu turun dari bus mak brrrrghh... Dingin banget seperti di Ranukumbolo. Pakai jaket dan kaos kaki masih tembus.
Trus setelah ini saya harus kemana, entahlah belum tau. Hp pulsanya habis kesedot roaming internet, maklum hp baru masih gaptek. Baru beli seminggu. Cari free wi-fi sinyal lemah, ada sisa pulsa untuk sekali sms ke Monica teman yang saat itu di Chiang Mai ternyata pending. Di pojokkan ada yang jual password wi-fi 20 THB untuk 30 menit tapi masih tutup. Tanya ke penjaga toilet di sebelahnya malah dikasih charger. Yo wes lah pasrah menunggu pagi benderang.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment
Comment tapi jangan spamming yess!! Salam hormat High Quality Gembel.