Jul 23, 2018

Lapangan Merah Moskow

July 23, 2018 0 Comments
Perhelatan akbar Piala Dunia 2018 di Rusia baru saja selesai digelar. Perancis berhasil mengalahkan Kroasia di babak final dengan skor 4-2. Griezmann dan Mbappe adalah pemain yang turut memberikan goal sehingga Perancis keluar sebagai juara dan memboyong piala yang mirip paha ayam goreng ke rumahnya. Saya sebenarnya kurang mengerti tentang bola. Hanya karena tempat yang pernah saya datangi sering disebut dan muncul di TV. Jadilah merindukan moment yang pernah saya lewati 10 bulan yang lalu di tempat itu yaitu Red Square atau Lapangan Merah. Apa saja yang saya lakukan disana? Tidak ada, hanya berfoto dan selebihnya people watching.

Lapangan merah adalah alun-alun di Moskow yang menjadi lokasi sangat penting untuk dikunjungi. Banyak tempat bersejarah di sekitar lapangan yang sebenarnya tidak berwarna merah ini. Pada bagian depan terdapat bangunan kokoh berwarna merah yang merupakan Museum Sejarah. Di sebelah kanan terdapat dinding Kremlin dan menara menjulang tinggi berwarna merah, dibawahnya terdapat Mausoleum Lenin. Tempat disemayamkannya jenazah pemimpin revolusi Rusia yaitu Vladimir Lenin. Sebagian besar pejabat dan tokoh Soviet mendapat kehormatan untuk dimakamkan di depan tembok Kremlin. Seperti Josef Stalin, Yuri Gargarin dan Maxim Gorky. Konon orang terakhir yang dimakamkan disana adalah Pemimpin Soviet Konstantin Chernenko pada tahun 1985. Di sebelah kiri lapangan terdapat pusat perbelanjaan tertua dan paling indah di Rusia yaitu GUM. Sementara di ujung paling belakang terdapat Katedral St. Basil dengan kubah warna warni yang bentuknya menyerupai es krim. Sering kali foto gereja ini menghiasi kartu pos dan segala macam merchandise dari Rusia.

Pada musim Piala Dunia lapangan ini sering dipakai untuk melaporkan hasil liputan para reporter, selain dari stadion tempat pertandingan.


Katedral St. Basil
Biasanya hanya melihat gambarnya di majalah, iklan travel tour dan merchandise dari Rusia. Kali ini saya berdiri di depannya, kya mimpi-mimpi gimana gitu...


Museum Sejarah
Pertama kali melihat bangunan ini terbayang perang jaman dulu, sok drama banget.


Mall GUM
Terkesima dan penasaran seperti apa sih dalamnya? Pasti prestisius dan mahal-mahal.

Bagian dalam Mall GUM
Tadinya saya dan Mbak Anna Khristy akan makan disini di restoran yang direkomendasikan oleh temannya Mbak Anna. Ternyata selain antriannya bejibun juga ada menu pork, jadi saya pindah haluan cari menu yang lain. Mbak Anna tetap setia antri karena penasaran. Saya membeli roti dan semangka potong segelas dibawa ke restoran biar makan bareng. Sempat khawatir, takutnya dari beberapa tulisan yang dipasang ada yang artinya "Dilarang membawa makanan dari luar". Tapi ya mbuhlah tulisannya kriting semua. Biar tak begitu mencolok saya duduk di kursi yang di luar. Saat makan perasaan kok dilihatin terus oleh orang-orang. Baik yang lewat maupun yang duduk di sebelah. Kebetulan kami duduk di dekat eskalator dan dilewati banyak orang. "Kenapa sih orang-orang ini dari tadi ngliatin aja" Mulai deh merasa bersalah dan berandai-andai, pasti karena membawa makanan dari luar. Lama-lama mikir juga, ya iyalah muka saya kan termasuk asing. Jarang-jarang orang berhidung pesek makan disini. Apalagi yang pakai kudungan bergo made in Garut disini ya hanya saya. Kalaupun ada yang kudungan paling nenek-nenek dan hanya diikat seperti kudungnya Masha. Aaaahh mulai deh ada rasa-rasa GR sok jadi selebritis...

Jul 14, 2018

Mahalnya Pipis Di Eropa

July 14, 2018 0 Comments
"Asyik banget sih bisa maen salju..." kata beberapa sahabat saat melihat foto saya berpose ala Princess Elsa di film Frozen. Ketawa ketiwi ngakak sok melempar pasir beku berwarna putih mirip garam tabur di meja makan. Memang fenomena yang jarang atau malah tidak pernah ditemui di negara sendiri ini terlihat indah saat difoto. Tapi taukah sebenarnya apa yang saya rasakan dibalik itu semua? Badan menggigil, hidung meler, kepala pusing, meriang belina, tangan beku, licin, kepleset, lensa kamera dan kacamata berembun... Aarrghh rasanya mau mewek pengen cepat pulang. Paling betah ya diam di cafe minum yang anget-anget dan duduk paling dekat ke penghangat ruangan. Setidaknya 100 ribuan harus melayang demi kehangatan. Tidak ada acara gratis emang punya mbahmu. Nah kalau minuman hangat sudah diolah di dalam tubuh lalu bakal muncul kerepotan yang baru lagi yaitu kebelet pipis. Huaaa....

Urusan kebelet pipis ini yang paling sering menghantui sepanjang jalan. Kedinginan di ruang berAC saja, setidaknya sejam sekali harus bolak balik ke toilet, apalagi di tempat beku ya beser pastinya. Sedangkan toilet umum di Eropa kebanyakan tidak gratis, harus masukin koin dulu pintunya baru bisa kebuka sekitar 50 sen - 1 yuro (1€ = Rp 17.000). Berbayar mahal pun masih mending jika mudah ditemukan, biasanya muter kesana kemari tidak ada. Sekalinya ada kadang tidak ada petugasnya, bahasanya lokal dan tidak tau cara pakainya. Solusi termudah ya cari yang gratisan tapi dengan syarat beli sesuatu dulu di cafe. Sama bae!!!


Bagaimana jika tidak punya koin? Beberapa tempat biasanya menyediakan mesin penukar koin di dekat pintu masuk, kadang juga ada loket khusus untuk bayar langsung ke petugasnya. Bahkan ada yang bayarnya pakai gesek kartu, bisa debit atau kredit. Seperti yang saya temui di Terminal Bus Oslo. Biarpun bahasanya tidak bisa dimengerti tapi gambar ilustrasinya cukup menerangkan. Tinggal digesek lalu muncul ceklist warna ijo dan pintu bisa didorong. Berapakah tagihannya? 20 RIBU. Alamak sekali pipiiiiiissss.....!!!! Maap orang miskin dilarang beser yaa...


Mesin gesek di toilet Terminal Bus Oslo Norway

Jangan dikira toilet mahal itu serba kinclong. Seperti biasa tidak pernah ada bidetnya (semprotan buat cebok). Hanya tersedia tissue gulung. Kadang malah ketemu rejeki jika penghuni sebelumnya tidak beres ngeflushnya, masih meninggalkan benda purbakala di dalam kloset. Belum lagi tissue di tempat sampah yang ketempelan sisa pembuangan, baunya semerbak memenuhi ruangan. Sudah bayar mahal pengennya benar-benar dipakai maksimal, selamaaaa mungkin di dalam toilet biar tidak rugi. Tapi jangankan lama, sebentar aja megap-megap nahan nafas.


Saya pernah suatu hari di Amsterdam, saking kebeletnya masuk ke hotel berbintang pura-pura nanya ke resepsionis, ngobrol sebentar lalu minta ijin ke toilet numpang pipis. Paling suka dengan toilet di hotel pastinya bersih.



Struk bayar ke toilet di Moscow (sekitar 14 - 15 ribu rupiah)

Sekedar tips sebaiknya selalu membawa botol kosong bekas air minum. Jangan lupa sebelum masuk ke toilet isi dengan air bersih, lalu bawa masuk dan buat cebok. Selalu sediakan juga tissue basah di dalam tas. Manfaatkan dengan sangat toilet gratis seperti di airport, hotel, mall, cafe atau restoran sebelum membaur di alam indah nan beku atau kalau mau silahkan pakai popok hahaha...


Botol air model ini paling praktis tidak blepotan

Sejauh saya melangkah, toilet umum yang bersih, gratis dan mudah ditemukan yaitu di Asia adalah di Jepang dan Korea. Toilet Jepang menurut saya paling okey, tombolnya banyaaakk ada flush, semprot gede, semprot kecil, blower, airnya anget, klosetnya dilapisin kain beludru dan macem-macem.