Perjalanan
saya ke Bangkok kali ini berawal dari Phuket yaitu naik bus malam dengan lama
perjalanan 12 jam. Bus berhenti terakhir di Terminal Mochit 2 yang letaknya 10
km dari pusat kota Bangkok. Karena berencana menginap di daerah Khaosan sehingga saya harus mencari angkutan yang menuju kesana. Menurut hasil browsing dari Terminal Mochit 2 ke Khaosan bisa menggunakan bus kota nomer
59 jurusan Sanam Luang.
Khaosan
Road adalah pusatnya backpacker di Bangkok, karena akomodasi dan fasilitas yang
ada di daerah ini bener-bener ramah di kantong. Banyak sekali penginapan murah
mulai dari hostel, guesthouse hingga hotel yang harganya berkisar antara 50
ribu hingga 500 ribu per malam. Khaosan Road juga dekat dengan atraksi terkenal
di Thailand seperti Grand Palace, Wat Po dan Wat Arun sehingga bisa ditempuh
dengan berjalan kaki.
Jam 07.00 waktu setempat saya baru tiba dari Phuket. Setelah turun dari bus saya bermaksud
mencari bus nomer 59 tapi dimana tempatnya? Saya bingung
apalagi sebentar-sebentar diikuti dan ditanya oleh sopir taksi dan van dengan
bahasa Thailand "ciek lai ciek lai.. cing cong kha khuo...??"
Setelah
mencari kesana kemari akhirnya terdampar di tempat parkir van yang
tulisannya keriting semua. Saya bertanya ke seseorang yang sedang duduk di
ruang tunggu tapi ternyata tidak bisa bahasa Inggris. Dengan bahasa tubuhnya
beliau menyarankan saya untuk bertanya ke crew van dan rupanya tidak bisa
bahasa Inggris juga. Lalu saya diantarkan ke temannya. Barulah dapet angin segar, dikasih tau tempat city bus parkir dan disarankan naik bus nomer 3
ke Khaosan Road.
Setelah
sedikit nyasar akhirnya ketemu juga. Banyak sekali bus dengan tulisan keriting semua. Tapi platform di depannya tertulis
dengan jelas nomer bus dan masing-masing jurusannya. Salah
satunya adalah bus nomer 3 jurusan ke Klongsan yang melewati Khaosan Road.
Saya naik bus nomer 3 dengan perasaan bingung gimana bayarnya, duluan atau belakangan. Ibu
kondekturnya hanya diem. Ya sudahlah duduk aja. Busnya jelek eprek-eprek seperti metro mini di Jakarta tapi lebih besar. Di dalam bus
baru ada 2 penumpang yang sama-sama membawa ransel segede gaban dari
percakapannya seperti orang China.
Tak
berapa lama ada beberapa penumpang lagi dan bus mulai berangkat. Ibu
kondektur mulai berkeliling sambil membawa kencleng mendatangi penumpang satu per satu. Hampir semua bus di sana kondekturnya ibu-ibu. Saya curi-curi dengar
turis China di sebelah juga akan turun di Khaosan Road, jadi kinclong mata saya karena ada barengannya. Tiba giliran saya
menyodorkan uang 100 THB karena tidak tau berapa ongkosnya, ibu kondektur
langsung pergi begitu saja. Rupanya uang saya kegedean. Lalu saya tanya ke
turis China yang katanya ongkos ke Khaosan Road hanya 6.50 THB. Wah murah banget.
Saya mencoba menukarkan uang ke turis China itu tapi malah dikasih uang koin
7 THB. Setelah mengubek-ubek kantong, saya masih nemu 5 THB jadi yang 5 THB saya kembalikan lagi.
Sepanjang
jalan saya waspada melihat ke kanan kiri jalan mencari tulisan Khaosan Road. Setiap
kali bus berhenti saya lirik-lirikan dengan turis china di sebelah saling bertanya
menggunakan bahasa isyarat “Udah sampai belum?” dan kami hanya bisa geleng-geleng. Saya beranikan diri tanya ke ibu kondektur “Khaosan
Road?” Ibu menjawab dengan mantab “NO..!!” Sepertinya masih jauh sekali.
Penumpang
bus naik turun silih berganti dari yang penuh kosong penuh lagi kosong lagi, macet
beberapa kali belum nyampe-nyampe. Saya sampe ngantuk dan ketiduran berkali-kali. Yang bikin heran
segitu jauhnya ongkos hanya 6.50 THB sekitar Rp 2500. Lebih mahal di Jakarta yang rata-rata Rp 4000.
Setelah
menempuh perjalanan selama 1.5 jam akhirnya ibu kondektur berteriak ke arah saya dan
turis China “Khaosan Road... Khaosan Road…” Dan benar saja di pinggir jalan ada
petunjuk Thanon Khao San. Sampai juga di tempat yang katanya surganya para backpacker. Jalan Khaosan masih
sepi belum banyak pedagang maupun kafe yang buka. Malahan banyak orang yang
menggendong ransel seperti saya ada yang baru datang mencari-cari
penginapan, ada juga yang sudah cek out.
Tiba waktunya mencari penginapan yang sudah saya booking sebelumnya. Yaitu 3HOWw
Hostel. Rupanya saya lupa mendownload petanya tapi masih ingat letaknya di luar jalan Khaosan. Yaitu belok belok dan belok. Nah yang mana
belokannya? Coba tanya ke orang lewat sambil menunjukkan Hp, hasilnya nihil. Ada satu
bapak-bapak yang semangat membawa saya masuk ke gang. Setelah sampai di jalan
yang besar lagi beliau kasih tau dengan bahasa isyarat “Cari saja di
sepanjang jalan ini” Lah... Kirain tau…!!
Tiba-tiba ada bapak-bapak berbaju Tourist Police menyapa saya dengan ramah.
"Hello... What are you
looking for” Setelah saya tunjukkan Hp bapak itu bilang mau mengantarkan pakai
tuk tuk dengan ongkos 100 THB. Rupanya sopir tuk tuk. Langsung saya tinggal pergi. Daripada naik tuk tuk segitu mending cari penginapan lain. Karena walaupun sudah booking saya belum membayar apa-apa jadi
masih bisa pindah ke penginapan mana aja. Saya penasaran karena hostel
itu reviewnya bagus.
Saya bertanya ke bapak yang berseragam security dan dikasih tau dengan jelas. Masih penasaran tanya lagi ke beberapa pedagang dan ternyata memang benar berjarak sekitar 700 meter. Ketemu juga deh. Hostelnya nyaman dan
lingkungannya sepi. Waktu cek in masih jam 2 siang saya diperbolehkan
istirahat di sofa depan TV di lantai 2 dan juga numpang mandi.
3HOWw Hostel kalau ga kebaca yang tengah catnya warna hitam. Recommended deh. |
Setelah
tidur-tiduran sesaat saya berkenalan dengan turis China bernama Summer yang juga baru datang dan belum bisa cek in. Tapi sudah mandi sudah berbaju rapi dan siap pergi. Dia bilang ini baru pertama kali ke luar negeri. Segepok map dan print-print’an
hasil download dengan sibuk dia buka berkali-kali dan sesekali masih mencatat sesuatu di buku.
“Where
are you going?” tanya saya
“I
want to go Glend Paris”
Emang ada ya tempat wisata di Bangkok namanya Glend Paris? Saya yang ga tau atau beda penyebutan. Ya orang China pelafalan "R" dan "L" suka kebalik.
“Do you mean the Grand Palace?”
Sambil bingung tapi jawab “Yes" lalu menunjuk ke map dan benar saja yang
ditunjuk adalah Grand Palace. Lama-lama ngakak juga ngobrol sama dia, nyerocos aja walaupun bahasa Inggrisnya memble kya saya.
Ada satu lagi cowok dari London bernama Simon yang sama-sama baru datang. Nah kalau
ngobrol sama dia bikin ciut karena bahasa Inggrisnya licin banget. Dia
bekalnya buku Lonely Planet.
Hanya saya yang cuma modal ucluk-ucluk kalau nemu wifi baru browsing-browsing. Setelah ngobrol-ngobrol akhirnya kami bertiga sepakat
untuk jalan bareng ke Grand Palace. Summer yang sudah siap harus menunggu saya dan Simon. Sabar ya Mer kita mandi dulu...
Bagaimana kisah selanjutnya beberapa sudah saya ceritakan disini Hati-hati Penipuan di Bangkok
keren
ReplyDeletekeren nih.. wisata yang pasti seru dan menyenangkan.. salam kenal dari outbound Malang
ReplyDelete