Feb 10, 2015

Backpacking Ke Khaosan Road


Perjalanan saya ke Bangkok kali ini berawal dari Phuket yaitu naik bus malam dengan lama perjalanan 12 jam. Bus berhenti terakhir di Terminal Mochit 2 yang letaknya 10 km dari pusat kota Bangkok. Karena berencana menginap di daerah Khaosan sehingga saya harus mencari angkutan yang menuju kesana. Menurut hasil browsing dari Terminal Mochit 2 ke Khaosan bisa menggunakan bus kota nomer 59 jurusan Sanam Luang.

Khaosan Road adalah pusatnya backpacker di Bangkok, karena akomodasi dan fasilitas yang ada di daerah ini bener-bener ramah di kantong. Banyak sekali penginapan murah mulai dari hostel, guesthouse hingga hotel yang harganya berkisar antara 50 ribu hingga 500 ribu per malam. Khaosan Road juga dekat dengan atraksi terkenal di Thailand seperti Grand Palace, Wat Po dan Wat Arun sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Jam 07.00 waktu setempat saya baru tiba dari Phuket. Setelah turun dari bus saya bermaksud mencari bus nomer 59 tapi dimana tempatnya? Saya bingung apalagi sebentar-sebentar diikuti dan ditanya oleh sopir taksi dan van dengan bahasa Thailand "ciek lai ciek lai.. cing cong kha khuo...??"

Setelah mencari kesana kemari akhirnya terdampar di tempat parkir van yang tulisannya keriting semua. Saya bertanya ke seseorang yang sedang duduk di ruang tunggu tapi ternyata tidak bisa bahasa Inggris. Dengan bahasa tubuhnya beliau menyarankan saya untuk bertanya ke crew van dan rupanya tidak bisa bahasa Inggris juga. Lalu saya diantarkan ke temannya. Barulah dapet angin segar, dikasih tau tempat city bus parkir dan disarankan naik bus nomer 3 ke Khaosan Road.

Setelah sedikit nyasar akhirnya ketemu juga. Banyak sekali bus dengan tulisan keriting semua. Tapi platform di depannya tertulis dengan jelas nomer bus dan masing-masing jurusannya. Salah satunya adalah bus nomer 3 jurusan ke Klongsan yang melewati Khaosan Road.

Saya naik bus nomer 3 dengan perasaan bingung gimana bayarnya, duluan atau belakangan. Ibu kondekturnya hanya diem. Ya sudahlah duduk aja. Busnya jelek eprek-eprek seperti metro mini di Jakarta tapi lebih besar. Di dalam bus baru ada 2 penumpang yang sama-sama membawa ransel segede gaban dari percakapannya seperti orang China.

Tak berapa lama ada beberapa penumpang lagi dan bus mulai berangkat. Ibu kondektur mulai berkeliling sambil membawa kencleng mendatangi penumpang satu per satu. Hampir semua bus di sana kondekturnya ibu-ibu. Saya curi-curi dengar turis China di sebelah juga akan turun di Khaosan Road, jadi kinclong mata saya karena ada barengannya. Tiba giliran saya menyodorkan uang 100 THB karena tidak tau berapa ongkosnya, ibu kondektur langsung pergi begitu saja. Rupanya uang saya kegedean. Lalu saya tanya ke turis China yang katanya ongkos ke Khaosan Road hanya 6.50 THB. Wah murah banget. Saya mencoba menukarkan uang ke turis China itu tapi malah dikasih uang koin 7 THB. Setelah mengubek-ubek kantong, saya masih nemu 5 THB jadi yang 5 THB saya kembalikan lagi.

Sepanjang jalan saya waspada melihat ke kanan kiri jalan mencari tulisan Khaosan Road. Setiap kali bus berhenti saya lirik-lirikan dengan turis china di sebelah saling bertanya menggunakan bahasa isyarat “Udah sampai belum?” dan kami hanya bisa geleng-geleng. Saya beranikan diri tanya ke ibu kondektur “Khaosan Road?” Ibu menjawab dengan mantab “NO..!!” Sepertinya masih jauh sekali.

Penumpang bus naik turun silih berganti dari yang penuh kosong penuh lagi kosong lagi, macet beberapa kali belum nyampe-nyampe. Saya sampe ngantuk dan ketiduran berkali-kali. Yang bikin heran segitu jauhnya ongkos hanya 6.50 THB sekitar Rp 2500. Lebih mahal di Jakarta yang rata-rata Rp 4000.

Setelah menempuh perjalanan selama 1.5 jam akhirnya ibu kondektur berteriak ke arah saya dan turis China “Khaosan Road... Khaosan Road…” Dan benar saja di pinggir jalan ada petunjuk Thanon Khao San. Sampai juga di tempat yang katanya surganya para backpacker. Jalan Khaosan masih sepi belum banyak pedagang maupun kafe yang buka. Malahan banyak orang yang menggendong ransel seperti saya ada yang baru datang mencari-cari penginapan, ada juga yang sudah cek out.

Tiba waktunya mencari penginapan yang sudah saya booking sebelumnya. Yaitu 3HOWw Hostel. Rupanya saya lupa mendownload petanya tapi masih ingat letaknya di luar jalan Khaosan. Yaitu belok belok dan belok. Nah yang mana belokannya? Coba tanya ke orang lewat sambil menunjukkan Hp, hasilnya nihil. Ada satu bapak-bapak yang semangat membawa saya masuk ke gang. Setelah sampai di jalan yang besar lagi beliau kasih tau dengan bahasa isyarat “Cari saja di sepanjang jalan ini” Lah... Kirain tau…!!

Tiba-tiba ada bapak-bapak berbaju Tourist Police menyapa saya dengan ramah.

"Hello... What are you looking for” Setelah saya tunjukkan Hp bapak itu bilang mau mengantarkan pakai tuk tuk dengan ongkos 100 THB. Rupanya sopir tuk tuk. Langsung saya tinggal pergi. Daripada naik tuk tuk segitu mending cari penginapan lain. Karena walaupun sudah booking saya belum membayar apa-apa jadi masih bisa pindah ke penginapan mana aja. Saya penasaran karena hostel itu reviewnya bagus.

Saya bertanya ke bapak yang berseragam security dan dikasih tau dengan jelas. Masih penasaran tanya lagi ke beberapa pedagang dan ternyata memang benar berjarak sekitar 700 meter. Ketemu juga deh. Hostelnya nyaman dan lingkungannya sepi. Waktu cek in masih jam 2 siang saya diperbolehkan istirahat di sofa depan TV di lantai 2 dan juga numpang mandi.

3HOWw Hostel kalau ga kebaca yang tengah catnya warna hitam. Recommended deh.

Setelah tidur-tiduran sesaat saya berkenalan dengan turis China bernama Summer yang juga baru datang dan belum bisa cek in. Tapi sudah mandi sudah berbaju rapi dan siap pergi. Dia bilang ini baru pertama kali ke luar negeri. Segepok map dan print-print’an hasil download dengan sibuk dia buka berkali-kali dan sesekali masih mencatat sesuatu di buku.

“Where are you going?” tanya saya
“I want to go Glend Paris”

Emang ada ya tempat wisata di Bangkok namanya Glend Paris? Saya yang ga tau atau beda penyebutan. Ya orang China pelafalan "R" dan "L" suka kebalik.

“Do you mean the Grand Palace?”
Sambil bingung tapi jawab “Yes" lalu menunjuk ke map dan benar saja yang ditunjuk adalah Grand Palace. Lama-lama ngakak juga ngobrol sama dia, nyerocos aja walaupun bahasa Inggrisnya memble kya saya.

Ada satu lagi cowok dari London bernama Simon yang sama-sama baru datang. Nah kalau ngobrol sama dia bikin ciut karena bahasa Inggrisnya licin banget. Dia bekalnya buku Lonely Planet. 

Hanya saya yang cuma modal ucluk-ucluk kalau nemu wifi baru browsing-browsing. Setelah ngobrol-ngobrol akhirnya kami bertiga sepakat untuk jalan bareng ke Grand Palace. Summer yang sudah siap harus menunggu saya dan Simon. Sabar ya Mer kita mandi dulu...

Bagaimana kisah selanjutnya beberapa sudah saya ceritakan disini Hati-hati Penipuan di Bangkok

2 comments:

Comment tapi jangan spamming yess!! Salam hormat High Quality Gembel.