Oct 27, 2020

Sebel Tak Berdaya

October 27, 2020 0 Comments
Akhir-akhir ini kerja sangat tidak nyaman. Temen satu tim tidak lagi asyik. Masih membuang muka saat berpapasan. Masih tidak terima karena salah satu anggota grupnya terseret namanya saat saya positif corona. Sebelum-sebelumnya pun memang telah bertabur kebencian. Sehingga saat kerja bareng di dalam satu ruangan selalu terjadi perang batin. Berusaha sebaik apapun jika terlanjur tidak suka ya tetap tidak suka. Jangankan menyapa, sekadar melirik pun sepertinya berat.


Saya memang bukan orang baik. Saya tidak akan bisa menyenangkan semua orang. Wajar jika tidak semua orang menerima saya. Saya pun tidak akan masuk ke dalam lingkaran orang lain jika mereka terlihat keberatan. Saya datang bukan untuk mencampuri urusan mereka tapi karena terpaksa urusan kerja. Hanya sebatas itu tidak ada tujuan lain.

Memang tidak perlu diambil hati mengingat teman yang tulus berteman di luar sana lebih banyak. Tapi tidak semudah itu pablo tidak bisa dibawa cuek. Mulut bisa ngomong "Biarin Aja" tapi hati tidak. Tetap ganjil selama masih tampak di depan mata. Muka ditekuk, cemberut, buang muka, jalan membusungkan dada.. Hiiyyy lengkap!!!

Seandainya bisa memilih pengen rasanya keluar dari tim yang baru terbentuk karena pandemi ini. Mending rebahan di rumah sambil ngelus-elus kucing. Namun apa daya saya bukan cucu keluarga cendana. Pengen cuti tapi bingung mau kemana. Pulang kampung tidak mungkin. Orang tua sudah manula sangat beresiko tinggi terhadap corona. Jalan-jalan juga tidak mungkin. Tempat kerja melarang untuk tidak bepergian selama kondisi belum aman. Tidak ada pilihan lagi selain harus berdamai dengan keadaan. Ya sudahlah nona terserah. Lanjutkan cemberutmu itu. Moodian sekali kau!!

Oct 21, 2020

Kenapa Tiba-tiba Aneh?

October 21, 2020 2 Comments
Selama pandemi saya tidak kemana-mana kecuali tempat kerja dan kosan. Karena kerjaan saya beresiko sekali yaitu mendeteksi corona lewat tes PCR. Setiap hari bergelut dengan ratusan sampel swab yang diantaranya positif. Biarpun dibekali dengan APD berstandar yang Insya Allah sangat aman tapi demi meminimalisir resiko saya lebih baik mengasingkan diri. Selalu menjaga jarak dengan orang lain. Soal belanja kebutuhan hidup saya sering titip ke teman atau mampir ke koperasi di tempat kerja saat suasananya tidak terlalu ramai. Sesekali jika harus ke supermarket, saya pasti mematuhi protokol kesehatan. Pakai masker, jaga jarak, cuci tangan dan mandi setelah pulang.

Suatu hari saya merasakan keanehan. Badan lunglai, meriang, demam yang tidak seberapa dan migrain. Apakah ini gejala covid? Masak sih? Untuk meyakinkan saya mencoba telpon teman yang saat itu sedang di rawat di ruang isolasi karena positif covid. Apa yang dirasakannya? Tidak enak badan atau ringkih sekali, demam, pusing, sesak nafas, insomnia dan anosmia. Bener-bener tidak bisa mencium bau dan merasakan apapun.

Lalu saya mencoba menempelkan benda-benda yang berbau tajam ke dekat hidung, dari mulai parfum, sambel, ikan goreng bahkan kucing pun saya cium-cium. Semua masih tercium tidak ada perubahan apapun. "Oke, berarti bukan covid" pikir saya. Lagi pula demam juga tidak seberapa tinggi hanya sekitar 37°C, bersin hanya sesekali, tenggorokan kering juga masih bisa dimaklumi karena setelah minum pasti lega. Batuk juga hanya karena tenggorokan agak gatal seperti digelitik. Semua tidak terasa berat tetapi mengganggu aktivitas. Kepala terus-terusan berdenyut pusing seperti dipahat.

Kebetulan siklus datang bulan bersamaan dengan munculnya gejala ini. Biasanya memang tidak enak badan, lemes, migrain apalagi di hari pertama dan kedua yang sedang banyak-banyaknya. Tidak adanya anosmia meyakinkan bahwa saya tidak terkena covid. Badan lesu pasti karena sedang haid sehingga tetap masuk kerja seperti biasa.

Sampai hari-hari berikutnya perasaan aneh itu tidak juga menghilang. Tidak ada nafsu makan. Makanan favorit pun tidak mengundang selera. Tapi harus dipaksakan makan teratur. Harus makan nasi 3 kali sehari ditambah dengan sayur, buah dan vitamin. Karena itu akan menjadi penolong agar badan tetap fit dan imun terjaga. Untuk indikator kena corona atau tidak, lagi-lagi saya mengandalkan mencium parfum setiap saat. Jika masih tercium berarti tidak kena.

Pernah suatu ketika saya penasaran dan minta di'swab. Tapi teman saya meyakinkan bahwa itu semua wajar karena sedang haid. Sebenarnya dia juga takut seandainya saya positif berarti dia yang kontak erat dengan saya juga dipertanyakan. Saya mencoba mencium parfum lagi. Masih tercium bau wanginya. "Bukan kali ya..." Positif thinking dan tetap dibawa happy karena itu juga bisa meningkatkan imun.

Saya mulai curiga biasanya migrain karena haid hanya sekitar 1 - 2 hari. Ini lebih dari 3 hari kenapa belum hilang juga? Kali ini tidak mau terkecoh lagi dengan aroma parfum. Saya minta tolong teman untuk mengambil swab nasofaring sebelum saya mulai aktivitas pada hari itu. Setelah 9 hari merasakan keanehan. Hidung dikorek sampai kedalaman hampir 10 cm sungguh sangat tidak nyaman. Pedes perih seperti keselek kemasukan cabe. Menyisakan rasa mengganjal di hidung beberapa saat.

Saya kerjakan sendiri sampel saya bersamaan dengan pasien yang lain. Tahap demi tahap terlewati. Rasa deg-degan dapat terlupakan oleh canda tawa bersama teman satu tim sepanjang proses. Hingga akhirnya pada bagian terakhir saat pembacaan hasil. Teman saya menganalisa dan saya mencatatnya untuk laporan. Tibalah giliran punya saya. Mak Jreeeng!!! Warnanya merah yang artinya POSITIF. Saking bingungnya semua jadi lupa untuk bersedih. Kami saling menertawakan satu sama lain karena selama ini kontak erat di ruangan yang sama selama berjam-jam dan berhari-hari. WADUH KOK BISA?

Sepulang kerja saya mengingat kembali aktivitas selama 14 hari ke belakang. Kemana saja dan kontak dengan siapa. Saya tidak kontak langsung dengan pasien. Hanya dengan ratusan VTM (Virus Transport Media) yang sudah terisi swab nasofaring. Tapi Insya Allah selalu menggunakan APD sekali pakai saat mengerjakannya. Kontak dengan teman di lab utama tidak seberapa lama hanya saat mengambil logistik dan memberikan laporan. Semua pasti sedang memakai masker. 

Nah rupanya di lab biomolekuler sendiri yang saya merasa agak acak-acakan. 14 hari sebelumnya ada salah satu dari teman kami tenaga tambahan yang terkena flu dan tetap masuk kerja. Kami semua termasuk bos sudah mengingatkan untuk periksa swab atau istirahat dulu dari pada membahayakan orang lain. Tapi ditolak mentah-mentah dengan alasan "Kalau positif gimana?" Lah kok aneh ya kalau positif diobati. Terkena covid bukanlah aib tapi musibah. Seluruh dunia sedang berjuang melawannya.

Keras kepala tetap tidak mau dan masih masuk kerja karena merasa hanya flu biasa, badan masih kuat. Padahal sedang ketakutan juga karena sekeluarga terkena batuk. Ya kalau takut kenapa tidak mau swab, toh bisa periksa sendiri gratis. Ya Robbi lindungi kami semua...

Memang dia selalu memakai masker dan jaga jarak saat kontak dengan saya. Tapi gimana dengan pemakaian toilet? Delapan jam kerja tidak mungkin tidak ke toilet. Pegang kran, semprotan wc, gagang pintu dan yang lainnya. Setelah itu dipakai orang lain termasuk saya. Sangat disayangkan bos-bos yang mengetahui hal itu terkesan cuek tidak peduli keselamatan kami. Tidak ada keharusan untuk swab atau isolasi selama terkena flu. Dibiarkan semaunya yang penting kerjaan selesai. Ya Allah sedih sekali ingat hal itu.

Walaupun begitu ya wallahualam saya terpapar dari mana. Tidak bisa dipastikan juga apakah dari teman saya itu atau bukan. Karena dia juga tidak diperiksa baik swab maupun cek yang lain. Tidak tau apakah positif atau memang flu biasa. Namun secara kronologis tepat sekali. Dari artikel yang saya baca gejala akan muncul 5-7 hari setelah terpapar. Pada beberapa kasus bahkan hanya 3 hari. Saya muncul gejala setelah 4 hari memakai toilet bekas teman saya. Tapi karena terkecoh dengan gejala saat PMS dan tidak ada anosmia saya tidak menyangka jika si penjahat itu telah bersarang di badan saya.

Saya baru swab setelah hari ke-9 bergejala dan dinyatakan positif. CT value sudah mulai merendah. Sepertinya virus tinggal sisa-sisa. Hari ke-11 saya swab lagi alhamdulillah hasilnya negatif. Agar lebih yakin hari ke-13 saya swab lagi dan tetap negatif. Secara klinis memang covid bisa menghilang antara 10 - 14 hari setelah terpapar jika daya tahan bagus. Jika benar saya terpapar di hari yang diperkirakan berarti di hari ke-14 virus sudah menghilang. Tapi lagi-lagi hanya Allah yang tau. Yang penting saya sudah sembuh dan bisa beraktifitas lagi.

Justru yang membuat khawatir adalah teman-teman yang kontak erat selama saya belum ketauan positif. Ada yang punya bayi, balita serta orang tua yang punya penyakit bawaan. Sangat mungkin sekali pulang kerja membawakan makhluk yang tidak pernah diharapkan kehadirannya itu. Tapi Allah menunjukkan kuasa-Nya. Alhamdulillah mereka semua negatif. Terima kasih Ya Allah.

Kisah ini bisa menjadi pelajaran khususnya buat saya sendiri. Jangan anggap remeh corona. Patuhi protokol kesehatan. Jaga jarak, memakai masker, cuci tangan dan makan teratur. Jika curiga tidak enak badan setelah kontak dengan orang sakit lebih baik langsung periksa apalagi jika ada fasilitas gratis atau jika keadaan tidak memungkinkan setidaknya isolasi agar tidak membahayakan orang lain. Selain melindungi diri sendiri lindungi juga orang lain. Gejala covid sangat bervariasi pada setiap orang tergantung daya tahan tubuh, usia, penyakit bawaan atau tingkat keganasan virus itu sendiri. Lebih baik mencegah dari pada berakibat fatal. Semoga Allah segera mengangkat si corona dari muka bumi ini. Aamiin Ya Robbal Alaamiin...

Oct 17, 2020

Corona

October 17, 2020 0 Comments
Novel Coronavirus si makhluk renik serta penjahat paling killer hingga saat ini belum menghilang dari muka bumi. Delapan bulan lamanya telah mampir ke Indonesia dan hampir merata ke seluruh dunia. Semakin hari kasus bukan semakin berkurang tapi malah meningkat dan terus meningkat. Beragam kisah sedih dari mulai kehilangan orang-orang terkasih hingga kehilangan penghasilan bertebaran dimana-mana. Entah mau jadi apa dunia ini. Hanya Allah yang tau.

Tenaga kesehatan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya menjadi garda terdepan dalam melawan virus ini. Dengan meningkatnya kasus meningkat pula tugas yang dihadapi. Berlipat-lipat dari biasanya. Tak sedikit dari beliau yang justru menjadi korban dari ganasnya virus ini. Gugur dalam tugas pasti akan diterima di surga-Nya yang luar biasa indah. 

Tidak bisa bertemu dan melewati hari bersama keluarga tercinta menjadi hal yang harus direlakan hingga waktu yang tidak ditentukan. Demi kebaikan bersama menjaga jarak sangat dianjurkan. Kita tidak tau diantara kita siapa yang telah terpapar olehnya dan tidak menunjukkan gejala apapun. Dia tidak pandang bulu. Siapapun bisa ditempeli dan diinjak-injak tiada ampun. Hanya daya tahan tubuh dan kekuatan dari Allah yang bisa melawannya.

Seuntai doa senantiasa dipanjatkan semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT dijauhkan dari makhluk paling menyebalkan ini. Innalillahi wa innaillaihi roji'un.