Nov 23, 2018

Mengintip Korea Utara Dari Perbatasan

November 23, 2018 0 Comments
"Sebelumnya maafin gue ya, jangan lupa nulis surat wasiat sebelum lo pergi atau lo punya permintaan terakhir apa kali aja gue bisa kasih" Itulah celotehan teman-teman 6 tahun yang lalu sebelum saya berangkat ke DMZ di Korea. Seolah saya akan pulang tinggal nama. Karena tempat ini disebut sebagai The World's Most Dangerous Border. Hiyy sereemm... Tapi justru ini menjadi pengalaman yang paling berkesan dalam perjalanan saya ke Korea.

DMZ (Demilitarized Zone) adalah area perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Terletak di Desa Panmunjom, Propinsi Gyeonggi sekitar 53km dari Kota Seoul. Di desa inilah tempat ditandatanganinya perjanjian Gencatan Senjata pada tahun 1953. Wilayah ini merupakan perbatasan yang dijaga paling ketat di dunia karena secara teknis Korea Selatan dan Korea Utara masih berstatus perang hingga sekarang. Jadi tidak heran jika dipenuhi oleh tentara militer, tank baja, ranjau, senapan, dan meriam. Meskipun diperlengkapi dengan armada super lengkap, aktivitas militer di wilayah ini justru dilarang karena merupakan zona damai.

DMZ telah disulap oleh pemerintah Korea Selatan menjadi destinasi wisata namun untuk mengunjunginya harus benar-benar taat pada peraturan yang berlaku. Diantaranya pengunjung diharuskan memakai agen tour berlisensi tidak bisa pergi sendiri secara backpacker, harus membawa paspor, harus berpakaian sopan dan rapi tidak diperkenankan memakai kaos, jeans, sendal jepit dan pakaian yang berbau army. Tidak boleh mengambil gambar dari dalam bus saat bus mulai memasuki area DMZ. Tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan.

Jam 08.00 saya dijemput mobil kecil di penginapan. Hanya perjalanan beberapa kilometer diturunkan di sebuah tempat untuk pindah ke bus dan bergabung dengan peserta tour yang lain. Tepat jam 08.15 bus berangkat. Sekitar 1 jam perjalanan tiba di pintu gerbang DMZ dan pemeriksaan ketat dimulai. Beberapa tentara masuk ke dalam bus memeriksa identitas setiap pengunjung. Setelah menunggu sekitar 10 menit bus diperbolehkan bergerak.

Wasiatnya jangan lupa kirim surat Al-Fatihah sama Yasin ya.

Ada beberapa titik yang dapat dikunjungi oleh tour DMZ ini yaitu Imjingak Park, Freedom Bride, DMZ Theatre, The Third Tunnel, Dora Observatory dan Dorasan Station.

Imjingak Park merupakan taman memorial yang dibuat untuk mengenang peristiwa pemisahan Korea menjadi selatan dan utara. Pemerintah Korea Selatan mendirikan monumen menghadap ke utara pada tahun 1985. Di monumen ini terdapat dupa menyala untuk memanjatkan doa bagi arwah nenek moyang mereka yang terbaring di Korea Utara.

Freedom Bridge terletak bersebelahan dengan Imjingak Park. Pada masa Perang Korea digunakan untuk membebaskan 12.773 tahanan perang. Tahanan dibawa menggunakan mobil kemudian menyebrang dengan jalan kaki menuju kebebasan. Itulah sebabnya jembatan ini disebut Freedom Bridge. Di sekitar jembatan terdapat pagar kawat yang banyak digantung pita warna-warni bertulisan perdamaian dan harapan rakyat Korea agar kedua negara ini dapat bersatu kembali.

DMZ Theatre merupakan tempat yang memperlihatkan film dokumenter tentang awal terjadinya perang antara Korea Utara dan Korea Selatan serta keadaan perang pada saat itu. Banyak keluarga yang terpisah dan tidak dapat berkumpul kembali. Selain itu terdapat juga pameran senjata yang dulu digunakan untuk perang.

The Third Tunnel merupakan terowongan ketiga dari 4 yang ditemukan. Dibangun oleh Korea Utara untuk melakukan invasi ke Korea Selatan. Sepanjang 1,6 km dengan kedalaman sekitar 70 meter di bawah tanah. Pengunjung yang akan masuk ke terowongan ini diwajibkan steril dari berbagai benda. Semua barang bawaan harus disimpan di loker dan dilarang keras untuk mengambil gambar. Pengunjung wajib memakai helm safety yang telah disediakan. Ujung terowongan ini ditutup kaca kecil dan masih bisa mengintip Korea Utara. Masuk ke terowongan ini merupakan moment yang paling melelahkan terutama saat kembali keluar karena jalannya menanjak. Apalagi bagi yang punya tinggi badan semampai terpaksa harus membungkukkan badan.

Dora Obsevatory merupakan dek observasi untuk mengamati Korea Utara. Jika dilihat dengan mata telanjang hanya terlihat hamparan perbukitan dengan bangunan yang kecil-kecil. Jika ingin lebih jelas bisa memakai teropong berbayar 500 won selama 5 menit. Akan terlihat pemandangan kota Kijong-dong di Korea Utara. Kota besar yang maju dan sejahtera dipenuhi oleh bangunan dan gedung bertingkat. Namun kota ini sebenarnya tidak berpenghuni dan tidak ada kehidupan sama sekali. Kota ini dibangun oleh pemimpin Korea Utara pada tahun 1950 bertujuan untuk memperlihatkan tingkat kemakmuran warga Korea Utara pada dunia. Disebut juga hanya sebagai alat propaganda. Hingga sekarang masyarakat tidak ada yang mau tinggal disana dan tetap menjadi kota hantu. Terlihat juga bendera Korea Utara dikibarkan menjulang di atas menara setinggi 160 meter. Menara ini dibuat sebagai pembalasan terhadap Korea Selatan yang membangun tiang bendera setinggi 98 meter di dekat DMZ.

Mengambil foto hanya diperbolehkan di belakang garis kuning yang berjarak 5 meter di belakang teropong. Untuk tinggi badan seperti saya sungguh mustahil. Pandangan hanya sampai di kepala pengunjung yang sedang meneropong. Saya sempat naik ke tangga yang menuju ke pintu masuk bangunan Dora Obsevatory ini. Di gedung yang bertulisan "End of Separation, Beginning of Unification". Di dalam banyak tentara duduk di kursi undak-undakan seperti bioskop menghadap ke kaca pembesar yang sangat lebar. Bisa mengamati kota Kijong-dong tanpa menggunakan teropong. Tapi sebentar kemudian saya diusir hahaha... Maap maap.

Kijong-dong. Photo courtesy google.

Tempat terakhir yang dikunjungi tour DMZ ini adalah Dorasan Station. Stasiun yang mempunyai arsitektur modern, megah dan fasilitas lengkap ini sampai sekarang belum beroperasi. Dibangun dengan harapan jika Korea Selatan dan Korea Utara bersatu kembali akan menjadi transportasi dari Seoul ke Pyongyang ibukota Korea Utara. Keretanya pun sudah disediakan. Jarak ke Pyongyang 205 km dari stasiun ini. Tapi saat ini untuk ke Pyongyang harus berputar jauh lewat Beijing. Konon satu-satunya penerbangan yang melayani ke Korea Utara hanya dari Beijing. Semoga saja kedua negara bersaudara ini segera bersatu kembali agar bangunan megah ini dapat difungsikan sebagaimana yang diinginkan.

Sebenarnya masih ada lagi tempat terpenting di DMZ yaitu Panmunjom, merupakan garis terdepan yang menjadi satu-satunya pertukaran informasi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Disini terdapat Joint Security Area (JSA) merupakan lokasi tempat dilaksanakannya berbagai negosiasi diantara kedua negara ini. Namun sayang saat itu saya tidak mengambil tour ini karena terlalu memikirkan celotehan teman-teman. "Hati-hati pergi kesana bahaya harus tanda tangan perjanjian, bisa tiba-tiba terjadi suasana menegangkan, harus siap mati". Halah. Padahal kalau sudah dijalani tidak seseram yang dibayangkan. Ya sudahlah semoga nanti bisa kesana lagi. Mau ikut gak?

Nov 22, 2018

Berdebar Di Imigrasi Bandara

November 22, 2018 0 Comments
Hal yang paling mendebarkan diantara serangkaian perjalanan adalah saat melewati imigrasi di bandara. Dipelototin oleh sang muka datar, dingin dilipet tanpa senyum, dahi berkerut tak jarang bikin gemetaran dan lemas di sekujur tubuh. Biarpun berusaha setenang mungkin tetap saja deg-degan gemuruh menggelegar. Apalagi kalau sudah dipelototin berkali-kali dan paspor dibolak balik "Ya Allah pasrah deh".

Pertanyaan yang paling sering biasanya mau kemana, berapa lama, ada tiket pulang, tinggal dimana, itinerary dan masih banyak lagi yang kadang diluar dugaan. Hanya Allah dan petugas imigrasi yang tau. Selagi jawaban meyakinkan Insya Allah lancar. Misalkan memang hanya liburan ya jawab saja apa adanya dan bisa menjelaskan mau kemana setidaknya punya gambaran tentang tempat yang pengen dikunjungi. Jangan sampai ngekngok tidak tau apalagi cengengesan. Kalau beruntung ya tidak akan ditanya apa-apa. Lancar jaya bebas hambatan.

Saya pernah parno banget saat masuk ke Rusia. Segala dokumen yang kira-kira bakal ditanya disiapkan semua. Tiket pulang, reservasi hotel, tiket flight dan kereta domestik, itinerary bahkan tiket nonton ballet juga disiapkan. Jadi segepok di dalam map holder trus ditenteng. Biar kalau ditanya gampang ambilnya. Pasrah mau diapain juga. Eh malah gak ditanya sedikitpun. Proses imigrasinya memang lumayan lama. Satu orang bisa lima menit kadang lebih. Petugasnya ketak ketik sambil sesekali menatap muka. Setelah itu paspor dikembalikan dan sudah.

Gemetaran lagi saat pertama kali masuk ke Eropa yaitu di Amsterdam. Konon kalau bareng rombongan paspornya diserahkan bersamaan. Saya berenam dan dipercaya mewakili maju ke depan. Petugasnya mbak-mbak dan mas-mas masih muda. Ada 2 orang di loket.

Pertama dihitung jumlah paspor.
"Kamu berenam ya dengan teman-teman yang baju merah itu?"
"Ya betul"
"Kamu baru pertama ke Eropa?"
"Iya" pura-pura tenang padahal hampir ngompol.
Kedua ditanya itinerary. Dibolak balik dibaca dari awal sampai akhir lalu didiktekan ke saya sambil manggut-manggut.
"Kamu kesini mau liburan??"
"Iya"
"Ke Belgia, Jerman, Prancis, Belanda lagi lalu kembali pulang?"
"Iya"
"Okey enjoy your holiday" semua paspor dikembalikan sambil tersenyum baiiik sekali. Alhamdulillah...

Di Jepang pernah ditanya bukti reservasi hotel. Syukurlah sudah saya print. Tapi petugasnya bingung. Ditatap berulang-ulang.
"Dimana penginapan ini?"
"Di Minami Senju"
"Saya baru dengar ada penginapan ini" lha piye to bang mosok ngarang sendiri, print-print'annya juga langsung dari website. Itu guest house bang bukan hotel.
"Tahun kemaren saya pernah menginap disini"
Lalu abangnya ngutak atik henpon browsing sesuatu. Entah apa yang diketik, huruf kanji semua. Jangan-jangan smsan ama pacarnya juga gak tau. Akhirnya paspor distempel dan dikembalikan.

Pertanyaan yang paling neko-neko saat di KLIA. Beberapa kali keluar masuk ke Malaysia selalu dapat pertanyaan yang tak diduga.
"Kamu pernah kerja di Saudi?"
"Kamu pernah kerja di Malaysia?" emang nasib gue punya tampang...

Pernah juga saat transit tapi bukan petugas imigrasi hanya mbak-mbak petugas di loket transit. Flight dari Seoul delay sehingga di Malaysia waktu transit jadi mepet sekali. Baru juga landing sudah ada panggilan boarding ke Jakarta. Saya minta ijin nyelak antrian. Sampai di depan malah kena sewot
"Kenapa terlambat?!!"
"Pesawatnya yang delay" kok saya yang dimarahi toh mbak ee...
"Bongkar semua tasnya" hastagaa udah mepet tetep suruh bebongkaran. Lagian baru turun dari pesawat gak keluar bandara, emang bawa apaan. Noh lihat isinya duit semua... Petugas disini paling seneng ngerjain. Okey gak apa-apa ya memang tugasnya mereka.

Saat ke imigrasi jangan memakai case pasport, copot dulu semua aksesoris di pasport

Sedangkan di Airport Norway saya sering kena random check. Diajak masuk ke ruangan dioles-oles apa saya gak tau, seperti di mall disuruh nyobain parfum, lalu diraba terutama bagian kerudung dan dicek pake alat detektor seluruh badan. Isi tas juga dilihat semua. Untunglah tidak ada masalah. Malahan di Airport Bodo kerudungnya suruh dibuka. Kaget, ya mau gimana lagi dari pada panjang urusan. Tapi baru mau dibuka petugasnya bilang, stop stop tidak usah. Cukup. Alhamdulillah...

Saat keluar dari Helsinki petugasnya mas-mas ganteng. Menatap muka sambil senyum ramah. Tiba-tiba nanya, terdengarnya seperti 
"Have you been to Than More??" waduh mati apaan ya... Emang Than More dimana?
"Saya abis dari Helsinki mau ke Singapur" yang penting jawablah.
Nanya lagi "Have you been to Than More??" 
Than more apaan sih mas. Grogi serasa mau pingsan dan mendadak zonk. Bolak balik menatap saya lalu paspor distempel dan ditunjukkan visa schengen saya. Ya Allah Denmark... Kenapa masuk ke telinga saya jadi Than More... Saya membuat visa dari kedutaan Denmark padahal keluar masuk schengennya dari Finland. Okey tidak ada masalah masnya hanya iseng pengen ngobrol.

Nah yang ini sebenarnya gak terlalu bikin deg-degan. Karena saatnya keluar dari Singapura. Keluar memang lebih lega dibanding saat masuk. Takut ditolak dideportasi. Tapi kali ini hanya transit dan akan terbang ke Helsinki. Kebagian petugas ibu-ibu usianya sekitar 50an.

Pertama ditanya tiket pulang. Semua tiket flight saya serahkan termasuk extend ke negara sebelah hingga tiket pulang ke Indonesia. Kedua ditanya,
"Benar ini foto kamu, kenapa beda-beda semua?" sambil melihat foto di visa-visa sebelumnya.
"Benar buk itu saya semua" meragukan memang di paspor tampang inem aslinya lebih mirip kakak saya mbak Dian Sastro.
Ketiga lebih dipelototin lagi,
"Kamu masih sekolah?" saking groginya jawab agak blepotan...
"Oh tidak, sudah kerja"
"Kerja dimana?"
"Indonesia"
"Ya saya taulah...!!" sedikit bentak kesel-kesel gemes.
"Oh maap, di Hospital" mati gue!!
"Kamu dokter?" 
"Bukan di bagian babibu...." saya jelaskan agak panjang mulai dari nyuci piring sampe gosok baju.
"Trus kamu sekarang mau kemana?"
"Helsinki" alisnya ibuk mengkerut, saya jawab lagi "Hmm Finland" masih mengkerut lagi... Ya Allah apa yang salah ya...
"Sekolah disana?"
"Bukan hanya liburan"
"Jauh sekali kamu liburan, berapa lama?"
"2 minggu"
"Sama siapa kamu pergi"
"Berdua dengan teman saya"
"Mana teman kamu?!!" Ya Allah buk penting banget toh... Tolah toleh cari teman saya untung masih kelihatan, jarak 2 line di sebelah dan sudah beres lebih cepat.
"Yang itu baju kotak-kotak disana"
"Teman kamu kerja juga?"
"Iya"
"Kamu sering seperti ini, kerja kamu bagaimana?"
"Kalau ada cuti iya, selesai cuti kerja lagi" jawaban anak TK sampai keluar.
"Mau kemana saja nanti"
"Copenhagen, Oslo, Stockhom, Tallinn, Helsinki trus pulang" menatap dalam-dalam sambil mlorotin kacamatanya, lalu manggut-manggut dan paspor dibolak balik. Waduh apalagi nih...
"Ya sudah hati-hati yaa..." paspor distempel dan dikembalikan.
"Thank you"

Ya Allaaaah... Leganya sampai ke ubun-ubun. Nanya panjang lebar dikira mau dikasih ongkos buk. Tapi lumayan dikasih senyum sedikit. Kebanggaan tersendiri kebagian petugas imigrasi yang bisa senyum.

Dari pengalaman yang sudah terlewati, saya jadi punya point yang harus diperhatikan saat masuk ke suatu negara. Tapi hanya sebatas liburan karena belum pernah tujuan lain yang menetap lama misalkan sekolah atau kerja.
  • Sebaiknya punya foto copy paspor dan visa, lebih baik lagi disimpan dalam file di flashdisk atau email. Mitamit jangan sampai hilang sih, tapi seandainya terjadi yang paling buruk masih ada copynya dan gampang ngceknya.
  • Di pesawat biasanya pramugari akan membagikan Disembarkation Card untuk foreign nationals, isi dengan jelas dan sejujurnya. Biasanya minta dituliskan alamat tinggal dan nomor telpon. Lha alamatnya segambreng kertasnya kecil. Ya sudahlah diatur aja. Selipkan di dalam paspor dan jaga baik-baik jangan sampai hilang.
  • Print tiket pulang pergi termasuk tiket apa saja yang sudah dibooking misalkan tiket bus atau kereta pindah kota/negara atau apa saja yang bakal meyakinkan bahwa ke negara itu sekedar liburan dan pasti akan pulang bukan mencari kerja.
  • Print semua bukti reservasi hotel.
  • Itinerary / rencana perjalanan, persiapkan dengan matang. Ketik sedetail mungkin dari mulai masuk sampai keluar negara itu mau kemana saja dan ngapain aja, tulis sejelas-jelasnya.
  • Siapkan uang cash secukupnya, jika kena random check bisa jadi ditanya bawa uang berapa? Intinya ke negara orang ya punya duitlah ga bakalan gembel disana.
  • Bersikap tenang, sopan dan tidak mencurigakan. Patuhi aturan yang ada. Tidak memainkan hp atau gadget. Tidak memotret dan antri yang rapi. Tunjukkan pada petugas bahwa datang baik-baik ke negara itu.
  • Setidaknya bisa ngomong enggres biarpun hanya yes no aiem fain syukur-syukur bisa ailopyu mister.
  • Catat alamat dan nomer telpon KJRI, teman atau nomer penting lainnya, seandainya sewaktu-waktu perlu bantuan.
  • Tidak perlu takut atau merasa diintimidasi oleh petugas imigrasi maupun petugas yang lain di bandara karena memang tugas utama mereka. Maklumlah mereka pintu gerbang suatu negara punya peran penting untuk melindungi negara. Hargai profesi mereka dengan sikap kooperatif, menjawab pertanyaan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Jangan lupa berdoa, Bismillah, Insya Allah lancar. 

Nov 20, 2018

Anak Kost Di Kapal Pesiar

November 20, 2018 2 Comments
Jam 22.00 waktu Tromso saya dan Amel pamit dari hotel. Smart Hotel Tromso. Setelah seharian titip koper dan numpang ngemper di lobby.

"Jam berapa kapal kalian?" tanya mbak resepsionis.
"Jam 01.30 mbak"
"Mending tunggu disini aja, jalan kesitu hanya 10 menit"
"Kata website jam 23.00 sudah bisa check in"
"Ya udah sejam lagi aja kalian kesana, diluar dingin"
"Gak apa-apa mbak kita nunggu disana aja"

Maklum takut telat. Takut proses check in nya lama. Mending menunggu di pelabuhan biar tenang. Suhu di luar minus 14 derajad. Tapi lumayan bersahabat tidak berangin dan tidak hujan salju. Salju sisa hujan seharian masih menumpuk di segala tempat. Menghalangi roda koper berputar sehingga semakin berat untuk digeret.

Sampai di pelabuhan, petunjuknya mengarahkan ke tempat terbuka di pinggir pantai. Tidak ada ruang tunggu maupun kantor. Tidak ada bangunan apapun hanya pelataran dibeton. Tidak ada pula kapal yang bersandar. "Lha trus ruang tunggunya dimana? Mosok kapal pesiar gak punya ruang tunggu, kalah dengan kapal roro di Merak" Tanya kemana ya? Entahlah tidak ada orang. Sepiiii...

Ditengah kebingungan, tiba-tiba angin datang disertai butiran salju turun dari langit. Semakin lama semakin lebat dan menghalangi jarak pandang. Dinginnya menusuk tulang. Badan membeku, menggigil, hidung meler dan pusing. Coba ya tadi dengarkan saran mbak resepsionis pasti tak akan jadi gembel begini. Pertama naik kapal pesiar pakai drama keleleran bok.

Amel sebelumnya pernah pelesiran dengan orang tuanya dari Singapura ke Thailand naik kapal pesiar. Menurutnya tidak ada acara membingungkan. Seperti biasa masuk ke pelabuhan, check in, menunggu di lounge mewah lalu naik ke kapal. Ya seperti difilm-film gitu deh.

Hujan salju semakin lebat. Bergumpal-gumpal. Nyelip diantara lipatan jaket, syal dan cupluk. Ajegile maaaakkk dinginnyaaaa...!! Satu-satunya tempat yang bisa dipakai berteduh hanya teras Hotel Scandic. Tidak jauh dari pelabuhan. Kami berteduh disana ternyata tetap tidak bisa melawan angin salju yang berhembus dari segala arah. Berlindung di balik tembok tetap dikejar salju. Tangan dan muka perih semua. Sadis.

Kami masuk ke lorong antara pintu masuk dan pintu lobby hotel. Lumayan bisa berlindung dari angin walaupun tidak terlalu hangat. Koper ditinggal di luar. Percaya tidak akan diambil orang. Norwegia negara aman negara kaya mana mau koper butut begitu.

Amel mencoba bertanya ke resepsionis, memastikan tempat untuk menunggu kapal. Jangan-jangan kami salah. Jangan-jangan kapalnya batal berangkat. Kenapa sudah sejam lewat belum juga ada penampakan. Kata mas resepsionis memang benar tempat tunggunya di depan Hotel Scandic. Tunggu saja kapalnya belum datang. Biasanya sudah datang tapi tampaknya telat.

Beberapa kali saya mengecek ke pinggir pantai belum juga ada penampakan. Hujan salju masih belum berhenti. Sekitar jam 00.30 barulah terlihat ada kapal besar menepi. Lampunya gemerlapan bagaikan gedung tinggi mengambang tengah laut. Semakin mendekat ke pelabuhan terbaca tulisan di bawahnya HURTIGRUTEN - MS Vesteralen. Ya, itulah kapal yang kami tunggu-tunggu, yang membuat kami bermandikan salju ditengah malam.

Hurtigruten adalah perusahaan kapal pesiar Norwegia yang melayani rute pantai barat dan utara Norwegia antara Bergen sampai kota yang berbatasan dengan Rusia yaitu Kirkenes. Lama perjalanan 12 hari pulang pergi. Kami tidak mengambil penuh rute ini hanya dari Tromso ke Svolvaer dengan lama perjalanan 17 jam. Selain di Norwegia, Hurtigruten juga mengoperasikan kapal pesiar di area lain seperti Greenland, Kanada, Amerika Selatan, Islandia, Svalbard dan Antartika.

Kapal semakin menepi hujan salju semakin lebat. Antrian penumpang mulai berderet tak mempedulikan serbuk es mulai menutupi Kota Tromso. Sering kali harus menggerakkan badan melawan dingin dan mengibaskan es yang menumpuk di badan.

Pintu di lambung kapal mulai dibuka. Setelah mendahulukan penumpang yang turun kami dipersilahkan naik ke kapal lalu antri check in di dalam. Amel menyodorkan tiket ditukar dengan kunci kamar mirip atm bertulisan nama kami dan kota tujuan. Kamar berada di lantai 4 nomer 428 di ujung lumayan jauh. Semua lantai dilapisi karpet seperti hotel berbintang.

Banyak fasilitas di kapal ini seperti sauna, lounge, tempat pertunjukan, souvenir shop, cafe dan restoran. Tidak ada yang ingin saya lakukan malam itu selain tidur dan tidur. Tak lupa mengaktifkan radio supaya terdengar pengumuman jika tiba-tiba muncul Aurora Borealis. Walaupun rasanya mustahil karena cuaca tidak cerah. Tapi ya siapa tau terjadi keajaiban. Sensasi naik kapal pesiar di daerah kutub saat musim dingin salah satunya melihat Aurora di malam hari. Orang bule menyebutnya Northen of Lights.

Pagi hari saya terbangun 30 menit sebelum alarm subuh berbunyi. Mata langsung kinclong biarpun baru tidur 2 jam. Masih merasakan efek jetlag. Selama di Scandinavia mata saya tetap terbiasa dengan jam di Indonesia. Masih sore sudah ngantuk, dini hari kinclong mencorong. Sedangkan Amel sudah terbiasa karena beberapa bulan terakhir sering berada di Eropa. Pagi itu masih pulas di dalam selimutnya tidak terusik dengan suara grusak grusuk saya yang sedang siap-siap sholat subuh.

Selesai subuh saya merebus air membuat minuman jahe dan mengisi termosnya Amel. Lalu masak ala anak kost, bihun rebus bekal dari Indonesia yang baunya bisa membangunkan Amel. Sisa air panas dipakai Amel untuk menyeduh bubur instant. Biarpun dapat jatah breakfast di restoran tapi bekal makanan tetap harus dimasak. Selain buat ganjel juga agar mengurangi bawaan. Sekalian untuk makan siang saya memasak nasi liwet dengan bahan seadanya, dicampur teri dan bawang putih ditambah sedikit garam. Lauk masih punya abon dan kering kentang, nanti bisa cari tambahan saat breakfast di restoran kata Amel bisa dibungkus. Perut Indonesia kalau belum makan nasi artinya belum makan.

Lihat Sunrise sebelum breakfast, dikira pakai jaket seadanya cukup ternyata harus didouble.

Breakfast menyediakan beragam menu. Kebarat-baratan semua tentunya dan tidak ada nasi. Saya mengambil jus buah, croisant, sereal, telur rebus, salad sayur dan sarden bermacam-macam ikan. Rasanya mirip sarden kalengan tapi lebih enak. Anak kost sudah menyiapkan tupperware buat ngebungkus. Tapi noleh ke kanan-kiri kok gak enak, gak jadi deh hahaha... Tapi pelan-pelan bisa mengantongi 3 telur rebus dan jeruk. Selagi perut masih muat dicoba semua sampai sekenyang-kenyangnya.

View sepanjang jalan "Gunung Digulain".
 
Penumpangnya oppa oppa dan omma omma semua, jarang ada brondong.

Selesai breakfast keliling melihat isi kapal. Kapal MS Verteralen diluncurkan tahun 1983 dengan panjang 108 meter, bisa mengangkut 510 penumpang. Kapal milik Hurtigruten memang tidak terlalu besar dibanding dengan kapal yang saya naiki setelahnya, dari Stockholm ke Estonia dan dari Estonia ke Helsinki yaitu Tallink-Silja Line. Nanti ya di cerita berikutnya. Fasilitas di dalamnya juga tidak selengkap Tallink Silja karena lebih mengutamakan view di luar daripada kegiatan di dalam kapal. Pertunjukan utama di Hurtigruten adalah menikmati pemandangan alam dari balik kaca yaitu fjord adalah semacam teluk yang berasal dari lelehan gletser, gunung es dan rumah berwarna-warni khas Scandinavia. Perjalanan ini bahkan disebut-sebut sebagai "The World's Most Beautiful Sea Voyage".

Kapal ini akan berhenti di beberapa tempat. Salah satunya adalah di Storkmarknes kota kecil yang berselimut salju seperti di negeri dongeng. Penumpang diberi waktu 1 jam untuk mengunjungi Museum Hurtigruten. Di sini, Kapten Richard With mendirikan Perusahaan Hurtigruten pada tahun 1893 dan kapal pertama disebut MS Vesteralen, di mana saat ini kami berlayar pada generasi ke-4. Selain museum juga dapat mengunjungi kapal MS Finnmarken yang dibangun pada tahun 1956.

Keluar masuk kapal wajib menunjukkan kartu dan discan oleh petugas. Selanjutkan kami banyak menghabiskan waktu di deck depan dengan view yang kurang lebih masih sama "Gunung Digulain". Disini waktu terasa sangat lambat. Mata dari mulai seger, ngantuk, kinclong, ngantuk lagi masih dengan pemandangan yang sama. Memang indah sekali, negeri dongeng berselimut salju yang selama ini hanya lihat di film sekarang bisa dinikmati sejauh mata memandang. Sampai sampai timbul rasa ingin segera turun. Tak tahan juga akhirnya tanya ke Amel yang sedang mengutak-atik hpnya.

"Mel lo jenuh gak sih?"
"Jenuh gw pengen cepetan turun"

Sudah ketebak. Saya dan Amel punya hobby yang hampir sama suka jalan serampangan kemana saja dan tidak betah diam di tempat. Diam di kapal seharian yang kemana-mana mentok berasa mati gaya sampai garing njengking. Beruntung sinyal masih okey hanya sesekali tersendat saat kapal menjauh ke tengah. Wifi disini bayar 50 NOK 12 jam, daripada bengong ya terpaksa beli. Kebayanglah gimana jika ikut paket one-way 6 hari atau round-trip 12 hari. Ikut yang 17 jam aja berasa laaama sekali. Alhamdulillah sudah lebih dari puas...