Awalnya berniat naik
bus yang langsung dari Singapura ke Melaka karena
kasian dengan ibu kalau harus ganti-ganti bus. Tapi entah kenapa hati
kecil selalu ragu pengen naik bus yang tidak langsung yaitu bus Causeway Link dari terminal
Queen Street Bugis ke terminal Larkin Johor Bahru, lalu ganti bus dari terminal Larkin ke Melaka. Saat melewati check point akan turun dengan semua barang bawaan dan selesai urusan imigrasi boleh naik bus Causeway Link yang mana saja hanya dengan menunjukkan tiket.
Sedangkan kalau naik bus yang langsung akan ditunggu oleh bus itu tapi
jika kelamaan di imigrasi bisa dipindahkan ke bus
berikutnya itupun kalau masih ada tempat duduk atau ditinggal begitu saja.
Saat itu berencana naik bus
yang terakhir, kalau ternyata sampai ditinggal entahlah apa jadinya. Karena menurut kabar dari google check point di perbatasan Singapura Malaysia, antrinya wuueee... Ular naga panjangnya. Inilah yang membuat ragu. Takut tertinggal bus saat melewati perbatasan. Setelah diskusi akhirnya memutuskan untuk naik bus yang sambung menyambung karena memang tidak ada sesuatu yang dikejar. Sampai di check point pun sama-sama turun dari bus untuk antri di imigrasi.
Sore itu setelah jalan-jalan di Singapura saya dan ibu sholat ashar di Masjid Sultan di belakang penginapan. Selesai sholat kami makan di sebelah masjid di warung Sumatra tapi bukan masakan padang. Kebetulan ada menu tumis pare kesukaan ibu. Selesai makan mampir ke penginapan untuk mengambil koper yang dititipkan dari pagi. Lalu jalan kaki sambil narik koper ke terminal Queen Street yang berjarak sekitar 300 meter. Kalau di Indonesia sudah pasti pilih naik becak atau ojeg.
Sampai di terminal Queen Street terlihat bus terakhir yang langsung menuju Melaka sedang bersiap-siap mengatur penumpang dan bagasinya. Tak jauh dari bus itu terlihat antrian rapi yang sangat panjaaaaang... mengarah ke loket pembelian tiket bus Causeway link. Waduh..!! Kirain yang antri panjang hanya di imigrasi ternyata di terminal pun sudah mulai antri. Karena memang jam pulang kerja. Antrian ada dua jalur yang satu ke loket Causeway Link dan satu lagi lumayan pendek ke loket bus Singapore Johor Express (SJE) sama-sama jurusan Larkin Johor Bahru. Saya ikut di antrian yang lebih pendek.
Beberapa saat kemudian antrian di belakang saya semakin panjang hampir sama dengan antrian sebelah. Untung saja kami masih kebagian agak di depan. Hari semakin gelap dan antrian semakin mencengangkan. Subhanallah... Baru kali itu lihat antrian mengular yang sampai tak terlihat ujungnya. Entah berapa jam bisa terangkut semua. Tapi yang disalutkan biar segitu panjang dan lama, antrian tetap rapi tidak ada acara selak menyelak ataupun orang yang ngomel-ngomel seperti yang sering saya lihat di negeri sendiri. LUUUUAARRRR BIASAAAAA.....
Sekitar 45 menit kami mendapatkan giliran untuk membeli tiket kecil mungil seharga SGD 3 yang lebarnya tidak ada dua jari tangan saya. Bisa juga bayar pakai kartu Ez Link. Lalu naik ke bus dan masih tetap antri naik satu per satu. Jangan harap koper kita yang segede gaban akan diangkatin. Angkat sendiri cuy. Untuk antrian di belakang saya wallahualam harus berapa lama lagi. Setelah tempat duduk penuh bus segera berangkat. Tidak ada penumpang yang berdiri apalagi sampai ditumpuk-tumpuk seperti pindang selayaknya bus antar kota di Indonesia, sudah penuh pun masih dijejelin lagi. Ditambah naiknya pedagang asongan atau pengamen hayo loo... Tumplek uwek jadi satu. Itulah indahnya negeriku.
Tiket mungil ini harus dijaga jangan sampai hilang |
Walaupun capek tapi bahagia bisa ikut merasakan realitas di negeri orang, kalau naik bus yang langsung pastinya tidak akan punya kesempatan untuk menikmati sensasi ini.
Perjalanan sesekali tersendat banyak sekali kendaraan yang menuju ke Johor. Kira-kira 30 menit bus sampai di Woodland check point, semua penumpang turun beserta barang bawaannya lagi-lagi angkat sendiri kopernya ya. Semua berjalan cepat terburu-buru seperti mengejar maling. Saya dan ibu jalan santai karena tidak ada yang dikejar, mengikuti arus orang banyak mengarah ke eskalator.
Sampailah di pintu imigrasi yang kabarnya suka mengular itu. Memang benar yang antri banyak banget tapi pintunya juga banyak dan gerakannya juga cepat jadi tidak seperti yang saya bayangkan bakalan antri berjam-jam. Antrian panjang itu sepertinya tidak ada putusnya terus saja disambung lagi disambung lagi. Bener-bener luar binasa...
Menurut selentingan kabar yang saya sendiri tidak tau kebenarannya, katanya banyak orang yang kerja di Singapura tapi memilih tinggal di Johor Bahru karena biaya sewa rumah/kost lebih murah. Itulah yang menyebabkan imigrasi perbatasan ini selalu mengular sepanjang waktu.
Setelah menunggu lebih dari setengah jam tibalah giliran ibu saya maju ke petugas imigrasi. Kebetulan barisan tempat kami gerakannya lumayan lelet dibanding dengan barisan yang lain. Ibu ditanya sesuatu oleh petugas imigrasi tapi karena tidak paham petugas itu memanggil saya. Rupanya disuruh mampir ke rumahnya ditanya Disembarkation/Embarkation Card (Kartu Kedatangan Singapura).
Kartu ini dibagikan oleh pramugari saat naik pesawat dari Indonesia. Terdiri dari dua bagian yaitu kartu kedatangan dan kartu keberangkatan. Kartu kedatangan akan disobek dan diambil imigrasi saat masuk ke Singapura sedangkan kartu keberangkatan akan diambil saat keluar dari Singapura. Biasanya diselipkan di dalam paspor. Ceritanya waktu beres-beres di penginapan, kartu itu saya bereskan dikumpulkan bareng bekas tiket. Untung saja tidak dibuang. Lupa kalau masih bakal dipakai. Ndeso banget kan. Setelah diubek-ubek lagi akhirnya masih bisa ditemukan. Lebih detailnya mengenai kartu ini bisa diintip di sini.
Tapi ada lagi masalah yang lebih serius, paspor ibu saat discan yang keluar data orang lain. Perempuan berambut cepak dengan nama chinesse ga begitu jelas cheng chong siapa gitu. Padahal foto ibu di paspor pakai kerudung. Lalu ibu diminta menunjukkan KTP Indonesia sambil ditanya-tanya dan dicocokkan lagi dengan nama dan alamat di paspor. Nama ibu hanya satu suku kata di KTP sedangkan di paspor ada tiga ditambah nama bapak dan kakeknya. Hal ini tidak masalah karena untuk keperluan umroh yang mengharuskan nama di paspor harus tiga suku kata. Walaupun membingungkan tapi setidaknya masih terbantu dengan adanya visa Arab Saudi di paspor ibu pertanda paspor sudah pernah digunakan. Pastinya kesalahan bersumber dari komputer itu sendiri. Saya hanya kasian dengan antrian panjang yang telah menunggu di belakang.
Lalu petugas itu menelpon ke kantor dan meminta temannya untuk membawa ibu ke kantor. Paspor saya tidak ada masalah tapi saya disuruh mendampingi.
"Kamu anaknya ya? Boleh temani"
Mas petugas ini sudah ganteng baik lagi sayangnya tidak ada kesempatan untuk berkenalan, maksud lo...
Beberapa saat kemudian kami dijemput oleh petugas dan diantar sampai di depan lift. Di dalam lift sudah ada petugas lagi perempuan berbadan tegap dan kekar hampir menyerupai laki-laki, yang akan mengantarkan sampai ke kantor.
Di dalam kantor paspor kami diperiksa lagi, punya saya langsung dikembalikan karena tidak bermasalah. Ibu ditanya-tanya lagi tapi karena tidak paham saya mewakili menjawabnya. Lalu disuruh duduk sambil menunggu petugas mengetik data ibu. Ada juga tiga orang yang masuk sepertinya punya masalah yang sama.
Setelah menunggu beberapa saat petugas memanggil kami dan memberikan paspor ibu.
"Om kenapa bisa begini?"
"Ada nama yang hampir sama jadinya terbaca orang lain"
Oke deh gapapa setidaknya jadi tau daleman kantor imigrasi. Lalu diperbolehkan meninggalkan ruangan. Di depan pintu disambut lagi oleh mbak-mbak yang gagah tadi dan siap mengantarkan keluar.
Disinilah keraguan kami terjawab untuk tidak naik bus yang langsung Singapura Melaka. Ternyata bakal bermasalah di imigrasi. Alhamdulillah Allah SWT telah menuntun kami sehingga kami tetap tenang tidak dihantui perasaan takut ketinggalan bus. Selalu ada hikmah dibalik semua kejadian.
Sampai di pinggir jalan mencari armada bus yang sebelumnya kami naiki dan uhuk uhuk... Rupanya harus antri lagi. Setelah naik satu persatu sambil menunjukkan tiket lalu bus membawa kami menyeberangi jempatan panjang yang menghubungkan daratan Singapura dan Malaysia. Sampai di Johor Bahru Sentral bus berhenti dan semua penumpang turun kembali untuk minta stempel paspor di imigrasi Malaysia.
Antrian di imigrasi Malaysia sama ramainya dengan di imigrasi Singapura. Luar binasaaa... Saya sempat khawatir dengan paspor ibu jangan-jangan bermasalah lagi. Tiba giliran ibu maju, saya dipanggil lagi. Mak Deg!! OMG ada apa lagi iniiihh??
Rupanya hanya ditanya masih jomblo apa ga tiket pulang. Untung sudah diprint. Seperti biasa petugas iseng menanyakan ada keperluan apa, berapa hari, berapa orang? Bikin gemetaran aja. Lalu paspor distempel dan dikembalikan lagi. Di pintu keluar diharuskan meletakkan semua barang bawaan untuk dimasukkan ke dalam box x-ray. Alhamdulillah tidak ada masalah dan bisa keluar dengan lega.
Beres urusan imigrasi kami harus naik bus lagi ke Terminal Larkin, masih dengan armada bus yang sama dengan hanya menunjukkan tiket. Kali ini tidak ada antrian panjang, bus masih kosong dan harus menunggu beberapa saat. Sampai di Terminal Larkin jam 22.00. Kami di sambut oleh banyak calo bus yang menawarkan ke berbagai wilayah di Malaysia. Karena belum sholat maghrib yang sudah niat akan dijama takhir dengan isya maka naik ke lantai 3 untuk mencari mushola. Apesnya beberapa eskalator sudah dimatikan jadi harus mengangkat koper secara manual sampai ke atas.
Selesai sholat turun lagi dengan mengangkat koper melewati eskalator yang sudah tertidur semua. Capek bok. Lalu saya mencari tiket bus ke Melaka. Ternyata semua loket penjualan tiket mengatakan sudah tidak ada lagi bus ke Melaka, ada lagi besok pagi. Gubbraaakkk.... Kirain 24 jam.
Bagaimana kisah selanjutnya, jangan kemana-mana saya akan kembali setelah pesan-pesan berikut ini...
Bersambung ke part 3
artikel yang sangat menarik , terimakasih ..
ReplyDeletenice article.. keren banget liburannya..
ReplyDeletesalam kenal dari outbound Malang
Terimakasih sudah share pengalamannya Kak . Saya mau tanya dong, akhir bulan ini saya rencananya bawa ibu saya liburan ke Singapur, ibu saya paspornya masih kosong dan cuma satu nama . Kmren saya pesan tiket via Traveloka hanya satu nama . Pertanyaan saya, tiketnya harus di ubah Gak ya dengan pengulangan kata? Atau dibiarkan satu saja ? Kmren kakak gimana pesen tiket ibu nya ? Saya agak ngeri juga sebenar nya . Terimakasih sebelumnya ^^
ReplyDeleteHai Laras makasih udah mampir kesini. Setau saya paspor kosong ga masalah biasanya akan ditanya mau kemana aja, mau ngapain, menginap dimana dan tiket pulang. Nama di tiket harus sama dengan nama di paspor, nama satu kata tidak masalah. Kebetulan nama ibu saya di paspor ada 3 kata membawa nama ayah dan kakeknya karena untuk umroh sebelumnya yang mewajibkan nama 3 suku kata. Beli tiketnya ya sesuai dengan di paspor. Semoga membantu, selamat jalan-jalan ya...
Delete