Kami menyebutnya Curug Pribadi bukan karena menyewa khusus seperti saudagar yang punya banyak kapal, hanya saat kami datang tidak ada pengunjung lain sehingga terasa semuanya milik pribadi. Curug Cigumawang, itulah nama yang sebenarnya. Terletak di Desa Kadu Bereum, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun pribadi sekitar 1 jam dari Kota Serang.
Curug Cigumawang |
Nama Cigumawang dalam bahasa sunda berarti bawang. Konon karena dahulu masyarakat di sekitar curug melihat jatuhan air dengan debit yang deras bentuknya menyerupai bawang. Mitosnya jika orang yang berpacaran berkunjung ke Curug ini pasti akan menikah dan airnya bisa menyembuhkan segala penyakit.
Sayang sekali "Yang Bebeb" tidak ikut serta kesini, tapi setidaknya penyakit lelah saya sembuh setelahnya. Bagaimana tidak, saya pergi bersama sahabat yang baik, asyik, kece dan modern ala jaman now. Teh Ida sang kepala suku yang masakannya paling enak seperumnas, Rizka si ratu endorse dan duo imut yang satu gece yang satu selow yaitu Ifada dan Nanda.
Sehari sebelum hari yang disepakati mobil sang kepala suku tiba-tiba ngambek tidak mau di'starter. Syukurlah setelah diajak jajan ke salon baikan kembali. Tapi drama belum berakhir, pagi itu cuaca cukup membuat hati menciut. Hujan gemericik dari subuh membuat kami enggan menyibakkan selimut. Janjian jam 08.00 diundur ke jam 10.00 sambil berdoa semoga hujan mereda. Ternyata menjelang jam 10.00 belum ada tanda-tanda air menghilang dari langit. Saya sudah mandi dan siapkan baju tapi melihat keadaan semakin deras saya pikir bakal diundur lagi. Sambil menunggu kabar saya bereskan sedikit cucian yang direndam sejak sore.
Selesai menjemur, duo imut yang sudah berdandan rapi dengan segala perbekalannya tiba-tiba mengetok pintu kamar saya mengajak berangkat. Hayo loo.. Kalang kabut loncat-loncat seperti kutu beras. Lari ke kamar sret sret sret...!! Untunglah tidak biasa berpolesan blush on merah kuning hijau, cukup tarik kaos oblong dan kerudung instant tanpa em es ge 10 menit selesai. Lalu pesan go car dan let's go!!
Teh Ida sudah menunggu di depan halte Masjid Agung. Ratu endorse masih otewe. Tidak sampai 15 menit semua pasukan terkumpul dan Bismillah kami berangkat dengan iringan gerimis kecil. Tak lupa mampir ke ke'ep ci di Ramayana beli bekal buat makan siang.
Perjalanan dari Cilegon ke Serang diiringi alunan lagu Yudika dan Rossa khas mobilnya sang kepala suku. Tidak lengkap rasanya jika tidak ada sesuatu yang bisa dikunyah. Duo imut mulai mengeluarkan snack permicinan untuk selingan ngobrol. Tak terasa satu setengah jam berlalu kami sampai di Desa Kadu Bereum Padarincang. Tidak ada parkir resmi disana. Banyak warga yang menawarkan jasa parkir di halaman rumahnya.
Untuk menuju ke curug harus jalan kaki sekitar 1 km melewati jalan setapak di kebun warga, jembatan kayu dan pematang sawah. Lincin sekali apalagi sehabis hujan. Duo imut yang biasa jalan ke mall sedikit kesulitan namun tidak mengurangi semangatnya. Justru jadi keracunan minta diajak naik gunung suatu saat nanti. Okey siaapp...!! Tidak ada tanda petunjuk arah jadi harus rajin tanya ke warga sekitar agar tidak salah ke curug lain yang lebih jauh. Karena kepala suku pernah pergi sebelumnya sehingga kami tidak kesasar.
Masuk ke area curug dikenakan biaya 10rb per orang walaupun tertulis dipapan hanya 5rb. Dengan berbagai alasan dari abang penjaganya dari pada ribut ya dibayar saja. Pada akhirnya pun tergantikan karena terasa seperti milik pribadi akibat bukan hari libur tidak ada pengunjung yang lain. Semua fasilitas di dekat curug ada saung, mushola dan toilet, bebas dipakai tidak pakai antri.
Sebelum nyemplung kami sempatkan makan siang di saung yang disponsori oleh nasi dan ayam kfc. Ditutup dengan sedikit puding mangga buatan saya yang hanya cukup untuk menggelitik tenggorokan. Lalu berlanjut jungkir balik teriak-teriak sambil pepotoan selfi di bawah curug setinggi 40 meter itu. Air curug tampak kecoklatan seperti cappucino karena efek setelah hujan. Tapi air yang keluar dari sela-sela batu jernih sekali. Beberapa dibuatkan talang dari bambu untuk bilasan dan juga dialirkan ke toilet. Semua bisa dinikmati dengan bebas mau apa saja bebaaass tidak akan mengganggu orang lain.
Punya sendiri mah bebaaasss... |
Apalagi si duo imut amat sangat kegirangan menemukan metode baru menghilangkan bulu kaki tanpa pergi ke salon dengan biaya mahal. Cukup digosok-gosok dengan batu kali. Semakin digosok semakin rontok membuat kaki kinclong bercahaya. "WOOOEE CIGUMAWANG TERBAIIIIKKK..."" Begitulah teriaknya berulang kali sambil mengepalkan tangan ke atas melihat kaki dan tangannya jadi mulus seperti artis Korea. Luar biasa senang bisa tampil seksi dengan sekejab bak disulap. Ternyata selain bisa menghilangkan segala penyakit Curug Cigumawang juga bisa menghilangkan bulu kaki. Cigumawang Terbaiiikk...!!!
Gosok teruuuss... Gece geceee... |
Namun siapa sangka efeknya terasa setelah mandi dan ganti baju. "Kok perih ya, gatel, merah meraahh... huuaaa sakiiittt..." Saking semangat menggosok kulit arinya ngletek semua tidak berasa hahahaaa...
"Bisa tumbuh lagi ga?" tanyanya dengan muka pucat dan panik ketakutan.
"Bisa, sebulan lagi juga tumbuh"
"Hah sebulaaan?? Huaaaa.... Lamaa..."
"Bisa, sebulan lagi juga tumbuh"
"Hah sebulaaan?? Huaaaa.... Lamaa..."
Keesokan harinya kaki si duo imut menghitam dan kasar seperti luka yang baru mengering. Terutama si gece paling banyak di kedua kaki dan tangannya. Terpaksa harus rajin mengoles dengan minyak zaitun selama seminggu lebih. Terbaik emang terbaiiiikkk....!! Pengalaman terbaik, iya kan?? Jangan kapok yaa...
No comments:
Post a Comment
Comment tapi jangan spamming yess!! Salam hormat High Quality Gembel.