Berbekal kamera jadul jam 03.00 WIB saya memesan maxim untuk pergi ke rumah bulek. Harus pagi-pagi sekali karena lokasi baksos yang teramat jauh dengan medan berliku. Bulek sudah berdandan rapi dengan segala perbekalannya. Pak Iwan driver langganan bulek datang menjemput tak berapa lama kemudian.
Jam 03.30 kami berangkat menghampiri Chris. Rupanya Chris belum selesai mencukur kumis dan jenggot sehingga baru menampakkan diri 30 menit kemudian. Sementara kami duduk bertiga di bangku tengah. Chris di sebelah kanan, Bulek di sebelah kiri saya.
"Lu nginep?" tanya Chris mengira saya menginap di rumah bulek.
"Nggak tadi naik maxim"
"Naik maxim?" Chris memandang ke saya tampak bingung memikirkan sesuatu yang rumit.
"Iya tadi jam 3" jelas saya malah semakin membuat Chris berpikir lebih keras.
Saya menoleh ke bulek "Dia kenapa?"
"Kyanya elu dikira Zulhijrah hahahaa..." bisik bulek sambil menahan tawa.
"Kalau gitu gue diem aja ya"
"Iya diem aja, gue nggak bilang kalau elu ikut, pasti ntar kaget kok ada Zulhijrah lagi hahaha..."
Demi sempurnanya sandiwara saya diam membisu pura-pura mejamkan mata sambil sesekali melirik ke bulek. Untung pakai masker sehingga ada pelindung saat tak bisa berhenti menertawakan Chris.
Zulhijrah biasa disapa Mbak Izul adalah seorang apoteker teman bulek sesama pengurus ATB (Apoteker Tanggap Bencana). Tinggal di Cikande Serang. Naik maxim jam 3 pagi ke rumah bulek di Cilegon sepertinya agak janggal. Begitu mungkin yang dipikirkan Chris. Sebenarnya Mbak Izul menunggu di Rangkas Bitung.
Beberapa orang bilang Mbak Izul mirip saya. Tapi saya nggak merasa mirip. Justru lebih mirip ke sepupu saya. Sepintas mungkin ada sesuatu yang serupa karena kami sama-sama berkacamata dan bertinggi badan sama.
Merapat ke Rangkas Bitung, driver mulai sibuk menerima telpon dari Mbak Izul yang menjelaskan di mana posisinya. Akhirnya Chris tersadar ternyata dia salah orang. "Itu Izul nelpon trus ini siapa Cik Wen ya?" hahahaa...
Perjalanan menuju lokasi memakan waktu lebih dari 3 jam. Setelah mengalami banyak drama seperti menerjang hujan, mobil selip, mual-mual, kebelet pipis dan beberapa mobil rombongan terpisah akhirnya kami masuk ke desa lokasi baksos. Semakin mendekat ke area, jalan semakin licin, berlubang, berkelok dengan turunan dan tanjakan tajam. Mobil kecil tidak bisa menjangkaunya. Terpaksa harus berhenti di tempat aman dan penumpang dijemput dengan mobil Ranger. Pun begitu tak mengurangi semangat para relawan ini.
Baksos berjalan lancar didukung cuaca sangat cerah pada siang itu. Diluar dugaan pasien membludak 2 kali lipat. Para relawan berjuang keras agar semua terlayani walaupun akhirnya dengan terpaksa harus membatasi waktunya. Saya menyaksikan tulusnya beliau-beliau semua. Luar biasa. Hanya Allah yang akan membalasnya.
Selesai baksos selang 2 hari Bulek Tati, Mbak Izul beserta jajarannya sudah membahas lagi rencana ke depan yaitu baksos berikutnya. Jadwal survey pun mulai ditentukan. Mantab jiwa tidak ada istirahatnya. Saya hanya melihat grup sambil rebahan dan memantau perkembangan siapa tau diajak lagi.
Sepuluh hari kemudian bulek sudah berangkat survey ke lokasi baksos berikutnya yaitu di daerah Bayah Banten Selatan, lebih jauh dari pada lokasi sebelumnya. Turut serta Mbak Izul dan Chris. Terlihat dari foto bersama tim survey di status WAnya.
Bulek Tati dan tim |
Saya berangkat kerja seperti biasa. Mengumpulkan sampel swab di ruang sampling lalu membawanya ke lab PCR untuk diproses hingga merelease hasil positif atau negatif.
Beberapa orang yang saya temui tiba-tiba menyapa "Abis jalan-jalan ya, acara apa?" Saya hanya bengong karena merasa tidak dari mana-mana selain kost'an dan RS. Sesekali memang ditugaskan mengambil swab onsite ke pabrik. Mungkin itu yang dimaksud jalan-jalan.
"Biasa abis dari pabrik" jawab saya alakadarnya.
"Bukan yang foto di pantai itu"
"Pantai yang mana?"
"Yang di status Bulek Tati, emang itu foto lama?"
Bulek Tati memang mampir sejenak ke pantai disela-sela survey baksos dan memasang foto di status WA.
"Oh itu di Sawarna, baru kemarin"
Agak mengherankan kenapa bulek yang pergi, saya yang ditanya. Kenapa nggak nanya sendiri?
Saya mulai teringat Chris saat pagi-pagi menuju Baduy. Apakah orang-orang ini juga mengira Mbak Izul adalah saya? Meluncur chat ke bulek minta foto di pantai yang ada Mbak Izulnya. Lalu saya coba pasang di status dengan caption "Refreshing dulu ya gaes".
Bulek Tati, Chris dan Mbak Izul |
Benar saja saya mulai diberondong pertanyaan dari sebagian orang yang melihat foto itu. "Cik Wen ini dimana? Acara apa? Kapan? Sama siapa aja? Naik apa?" dan seabreg pertanyaan lainnya. O'ouw....!!! Jadi ini rupanya.
Melihat kekonyolan ini rasanya sayang sekali kalau tidak dibikin drama sekalian sampai 10 episode. Jangan klarifikasi dulu deh biarkan saja sampai mereka tersadar dengan sendirinya. Tapi mohon ampunilah dosa kami Ya Allah hahahaa...
"Itu di Sawarna..."
"Jauh ya"
"Banget...."
"Acara apa?"
"Survey baksos"
"Btw Cik Wen sekarang beda banget, lebih cantik, lebih gemukan, bikin pangling"
"Alhamdulillah... Sekarang udah makmur, gizinya bagus, vitaminnya cocok dan pakai skincare mahal makanya jadi lebih kinclong"
"Asli pangling beda banget loh"
Ya iya atuh beda banget namanya juga beda orang.
"Jadi mendingan gue yang dulu apa sekarang?"
"Yang sekarang donk, cantik banget" itu tuh Mbak Izul ya bukan gue hellooo...
Hari-hari berikutnya masih saja drama ini berlanjut. Masih saja ditanya tentang Bulek Tati begitu juga sebaliknya Bulek Tati ditanya tentang saya. Saya memang akrab dengan bulek tapi jarang ketemu. Susah sekali menyamakan waktu luang dengan bulek yang punya segudang acara sehari-harinya. Chat pun jarang kecuali memang lagi butuh obat buat anak-anak pesantren.
Jika diingat-ingat kembali 3 tahun belakangan ini memang saya sering dibuat bingung. Paling membingungkan saat ditodong pertanyaan "Kemarin di Banten TV ngapain?" Untunglah sebelumnya bulek pernah cerita tentang syuting di Banten TV memberi edukasi soal obat. Saya diberitahu jadwal tayangnya walaupun akhirnya nggak nonton juga karena nggak punya TV. Setidaknya bisa menjawab pertanyaan orang-orang yang penasaran dengan kegiatan bulek.
Pernah juga bos di ruangan saya tiba-tiba nyeletuk "Kamu ikut Bulek Tati ke Bandung ya" Padahal saat itu sedang jarang sekali berinteraksi dengan bulek. Bulek sibuk RAKERNAS di Bandung. Jangankan ketemu chat aja nggak pernah. Dalam kondisi begitu bulek sudah pasti susah dihubungi. Chat nggak dibales, kalaupun dibales bisa besoknya atau beberapa hari kemudian.
Begitulah adanya tapi orang-orang selalu menganggap seolah kemana bulek pergi di situ pasti ada saya. Tanpa memandang acara apa. Kalau acara formal apoteker ya mana mungkin saya ikut. Entahlah mereka sering menyimpulkan demikian.
Setelah menghubungkan dengan kisah Chris yang sempat salah orang dan menelusuri kembali jejak bulek, rupanya selama berkegiatan mengenai apoteker bulek selalu beredar bersama Mbak Izul. Di Banten TV, di Bandung, baksos ATB, workshop atau acara apoteker lainnya. Daann rupanya pada salah orang Mbak Izul dikira saya. Akhirnyaaaa terbongkar juga setelah saya ikut di acara mereka berdua. Seandainya ya tau dari awal. Sandiwara bakal dibuat lebih panjang lagi.
Di acara Baksos Baduy pun saya sempet disapa oleh seorang dokter seperti sudah lama kenal padahal baru sekalinya ketemu. Entah memang beliau yang terlalu ramah atau salah sasaran.
Alhamdulillah hanya tukang rebahan jadi disangka aktif kemana-mana. Berkegiatan positif pula. Belum tau dia di balik itu semua ada putri yang tertukar.
Wkwkwk.... Coba sekali2 bw ke kampung hajah apakah ibu mu masih mengenali anak nya. 😂🤣
ReplyDeleteTrus malah gw yg diusir 😜
Delete🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ketipu deh aku, emang mirip cik..beda nya jadi lebih feminim aja😁
ReplyDeleteGw harus dirukiyah dulu x ya biar jadi feminim jg
Delete