Jika kembali ke masa-masa sekolah saya selalu ingat kenangan indah bersama guru fisika. Fisika adalah pelajaran yang kurang saya sukai selain matematika, kimia, sejarah, geografi, sosiologi, bahasa lndonesia, bahasa lnggris, ekonomi, akuntansi lah semua donk. Trus sukanya apa? Satu-satunya pelajaran yang membuat saya bahagia adalah kesenian seperti menyanyi, membuat prakarya dan menggambar. Bukan karena saya berbakat dalam bidang itu semata-mata karena suasananya happy tidak menegangkan. Karena tegang sama dengan ngantuk dan hilang konsentrasi.
Dulu saya termasuk murid yang penurut, pendiam dan pemalu. Saya tidak pernah membolos atau kabur dari sekolah kecuali sakit. Saking pendiam dan pemalunya sering kali hanya menunduk di kelas, jarang menjawab pertanyaan dari bapak dan ibu guru (itu namanya gebleggg).
Suatu hari guru fisika yang ganteng yang terkenal dengan seram dan galak pertama kalinya mengadakan
ulangan harian mendadak. Buat yang cara belajarnya sks (sistem kebut sejam) seperti saya pengumuman itu bak sambaran petir di siang bolong. Diumumkan seminggu pun belum tentu bisa apalagi yang model
dadakan begini.
Semua alat tulis harus dimasukkan ke dalam laci hanya bolpoint yang boleh ditinggalkan
di atas meja. Kemudian dibagikan 2 kertas kosong yang 1 untuk lembar jawaban
dan 1 lagi untuk coret-coretan. Setelah itu didiktekan 8 soal cerita seingat
saya mengenai hukum gerak dan gaya. O’em’jiii… Dari 8 soal itu tidak ada satupun yang saya pahami. Akhirnya hanya diam terpaku memandang soal-soal yang tak
berdosa itu.
Agar kelihatan bekerja saya bergaya sok corat coret
sambil berusaha menghitung barang kali ketemu jawabannya. Ternyata bener bener
buntu sebuntu-buntunya benang ruwet. Sesekali melirik ke teman-teman yang terlihat sangat sibuk bahkan sampai ada yang minta kertas lagi. Entah apa yang ditulis, saya
setengah halaman rasanya tidak penuh penuh. Sampai waktunya habis tidak ada satu soalpun yang bisa saya kerjakan.
Rasanya malu sekali mengumpulkan lembar jawaban yang hanya berisi kata-kata diketahui, ditanya dan dijawab. Khusus point yang dijawab tidak ada penyelesaiannya. Saya berniat tidak akan mengumpulkan lembar jawaban itu karena dikumpulkan pun nilainya pasti nol. Sama-sama nol mending tidak usah sekalian.
Rasanya malu sekali mengumpulkan lembar jawaban yang hanya berisi kata-kata diketahui, ditanya dan dijawab. Khusus point yang dijawab tidak ada penyelesaiannya. Saya berniat tidak akan mengumpulkan lembar jawaban itu karena dikumpulkan pun nilainya pasti nol. Sama-sama nol mending tidak usah sekalian.
Diakhir waktu saya berdiri membantu
bapak. “Hayo waktunya habis, kumpulkan!” teriak saya dengan pedenya meminta paksa lembar
jawaban teman-teman. Karena masih ada yang belum bergerak walaupun waktunya habis. Setelah terkumpul, saya letakkan punya saya di paling bawah lalu diremes-remes menjadi bola kertas dan dimasukkan ke tempat sampah. Ohh.. Amaan. Sempat
ketauan oleh salah satu teman “Kok dibuang?” “Itu kertas coretan” untung tidak dibahasnya lagi.
Setelah itu saya rajin
belajar bersiap-siap jika suatu saat bapak memanggil untuk ulangan
susulan. Tapi sampai minggu-minggu selanjutnya bapak tidak juga
memanggil saya. Malah mengumumkan nilai hasil ulangan dan anehnya nilai saya
juga ada. Kaget ketawa girang walaupun hanya nilai rata-rata. Mungkin bapak berpikir beliau yang menghilangkan lembar jawaban saya entah keselip dimana, karena saya terlihat mengikuti ulangan ada tanda tangan di kertas absen. Atau mungkin melihat dari tugas harian yang tidak begitu
jelek sehingga beliau memberi nilai berdasarkan itu. Apapun alasannya yang penting lega terbebas dari ulangan fisika. Yeeiiiyyy… Merdeka!!! Makasih ya pak :)
Saya tidak pernah menceritakan
kisah ini kepada siapapun sampai lulus sekolah. Suatu hari cerita kepada ibu saya yang juga berprofesi sebagai guru. Beliau bilang harus lebih hati-hati. Harus
dihitung lagi dicocokkan dengan jumlah murid, kalau ada yang bandel seperti saya langsung ketauan hehehee….
Satu lagi kenangan
indah dengan guru fisika. Kali ini dengan seorang ibu guru yang lumayan sabar
dan tegas. Karena mengajar dengan suara lemah
lembut sehingga saya dan teman-teman sering kali mengantuk pada pelajaran
beliau.
Suatu hari saya berniat menghilangkan kantuk. Berbagai upaya seperti tabok-tabokkan, sentil-sentilan dengan teman sebangku tidak membuahkan hasil. Lalu iseng menggambar ibu pada
sobekan kertas. Sedang duduk melipat tangan di meja, tangan kanannya menopang
dagu, matanya tertutup, rambutnya keriting bulet seperti pohon beringin. Sekilas
mirip sekali dengan gaya khas beliau saat mengawasi ulangan yang kelihatannya seperti tidur
padahal gerak sedikit bisa ketauan dan berujung mengurangi nilai.
Saya tunjukkan
gambar itu ke teman sebangku. “Sssstt... Lihat ini siapa?” Seketika teman
saya ngakak tapi berusaha menutupinya dengan berpura-pura membenarkan tali sepatu. Lalu ditunjukkan lagi ke teman
di sebelahnya, ke belakang, ke samping dan seterusnya sampai hampir seluruh kelas. Semua terlihat menahan tawa dan akhirnya rasa kantuk pun
hilang sampai pelajaran selesai.
Esok harinya, teman yang menyimpan gambar itu menunjukkan pada ibu guru biologi (sohibnya ibu guru fisika). Beliau bisa
menebak itu gambar siapa. Sambil tertawa menanyakan siapa yang menggambar? Teman saya menjelaskan sayalah pelakunya.
Beberapa hari kemudian
pada pelajaran fisika, seperti biasa diwaktu-waktu terakhir ibu guru menuliskan sebuah
soal di papan tulis untuk PR yang akan kita bahas pada pelajaran selanjutnya. Tiba-tiba ibu memanggil
saya maju ke depan dan "Coba kerjakan!". Gubrraaakkk... Seketika keringat dingin mengalir di sekujur tubuh. Saya tetap maju walaupun akhirnya hanya diam mematung di depan papan tulis. Sampai bel pulang
berbunyi belum bisa memecahkan soal itu. Saya melirik ke ibu, rupanya ibu juga melihat ke saya.
“Kenapa? Menyerah?”
“Iya bu” saya
mengangguk.
“Coba kesini”
Saya dipeluk
mesra dan dielus kepala saya...
“Ibu doakan semoga kamu
nanti menjadi pelukis… Pelukis yang terkenal”
Hahahahahahaaaaa… Suasana kelas yang tadinya hening seketika berubah seperti pasar. Rupanya ibu sedang menghukum saya dan memang soal itu dimaksudkan untuk PR.
Hahahahahahaaaaa… Suasana kelas yang tadinya hening seketika berubah seperti pasar. Rupanya ibu sedang menghukum saya dan memang soal itu dimaksudkan untuk PR.
Sejak itu ibu jadi hafal muka. Saya sering diperhatikan dan ditunjuk untuk mengerjakan soal. Apes, hilanglah kebebasan saya tidur-tiduran di kelas.
No comments:
Post a Comment
Comment tapi jangan spamming yess!! Salam hormat High Quality Gembel.