Golden Triangle atau Segitiga Emas Asia Tenggara adalah suatu tempat dimana kita bisa melihat tiga negara dalam satu pandangan yaitu Thailand, Laos dan Myanmar. Hanya dipisahkan oleh pertemuan Sungai Ruak dan Sungai Mekong. Berada di distrik Chiang Saen, 829 kilometer dari Bangkok dan 80 kilometer dari kota Chiang Rai. Dulu tempat ini merupakan ladang penyelundupan opium yang sangat terkenal di dunia. Tentu saya kesana bukan mencari opium hanya sekedar melengkapi gelandangan di Chiang Rai.
Pagi itu jam 08.30 kota Chiang Rai masih diselimuti kabut. Udara dingin menampar pipi dan membuat bibir kering bocel-bocel. Saya masuk ke kantin di guest house.
“Thangchiek chuong hsgakuk shtagddjajg skjdgyfsa” sepasang kakek dan nenek penjaga kantin menyambut saya.
“Aku wes adus nek saiki luwe” kata saya sambil menunjuk gambar roti.
Lalu beliau membuatkan saya roti bakar dan teh manis. Dari pada susah-susah pakai bahasa Inggris mending pakai bahasa Jawa simbahnya juga ngerti.
Selesai makan saya jalan kaki ke terminal mencari minivan yang bernama Green Bus jurusan Golden Triangle. Tidak susah menemukannya karena tulisannya campuran keriting dan bahasa Inggris. Belum ada penumpang di dalam van sehingga harus menunggu sampai van terisi penuh. Sebelum berangkat sopir meminta ongkos 50 bath per orang.
Di perjalanan melewati beberapa kali check point. Van berhenti di depan pos dan tentara bersenjata lengkap masuk ke dalam mobil memeriksa penumpang satu per satu. Bagi warga lokal diharuskan menunjukkan KTP dan turis luar menunjukkan paspor. Yang tidak dapat menunjukkan identitas akan dibawa masuk ke kantor. Konon selain jalur perdagangan opium di jalur ini juga tempat masuk dan keluarnya para tenaga kerja ilegal dan imigran gelap. Jadi bisa 3 sampai 5 kali pemeriksaan. Disitu saya merasa takut.
Dua jam berselang tibalah di Golden Triangle. Golden Triangle sebenarnya kini hanya menyisakan keping kenangan kejayaan di masa lalu. Ternyata biasa saja dan tidak seseram yang saya bayangkan. Ada sebuah papan dan tugu sederhana sebagai penanda tempat legendaris ini. Pertemuan Sungai Ruak dan Sungai Mekong sebagai pembatas tiga negara hanyalah sungai besar yang berair cokolate butek mirip dengan Sungai Grindulu di Pacitan. Hampir tidak ada yang istimewa.
Tugu penanda Golden Triangle |
Salah satu yang menarik perhatian di Golden Triangle adalah kuil yang berada di tepi Sungai Mekong di daratan Thailand. Kuil ini berada di sebuah bangunan seperti perahu besar berwarna cerah dengan ornament kepala naga di ujungnya. Sementara diatasnya terdapat patung budha besar berwarna emas setinggi 46 meter. Patung ini bisa dilihat dari 3 negara.
Kuil Budha |
Saya berdiri di Thailand, di belakang saya sebelah kiri tampak rumah kecil-kecil merah adalah Myanmar dan sebelah kanan tampak kubah kuning adalah Laos. |
Dari daratan Thailand bisa naik perahu menuju Donsao yaitu desa yang berada di teritori Laos dengan membayar 200 bath. Tidak perlu melalui pemeriksaan imigrasi lazimnya melintasi batas negara. Cukup membayar 20 bath untuk mendapatkan kertas kecil sebagai penanda pernah berkunjung kesana. Disana ada pasar kecil yang menjual berbagai pernak-pernik karya lokal seperti tenun, serangga yang diawetkan dari kecoa sampai kalajengking. Yang paling aneh adalah snake wine, di dalam botol wine terendam ular mati wueeekk… Dikasih gratis juga ogah. Pasti buat yang itu-itu... Apa coba?
Dari Golden Triangle saya lanjut ke Mae Sai. Saya ingin mencoba masuk ke Myanmar walaupun hanya di perbatasan yaitu Tachileik. Saya diturunkan di sebuah halte oleh sopir van entahlah daerah mana karena tidak ada tulisan Inggris sama sekali. Katanya disitu tempat menunggu bus jurusan Mae Sai. Memang ada beberapa kali bus lewat tapi tulisannya keriting semua dan saya tidak berani naik. Setelah hampir satu jam, lewat juga bus jelek dengan tulisan yang bisa dibaca yaitu Mae Sai.
Saya naik bus itu, di dalam ada perasaan lega karena ada satu penumpang bule berambut pirang. Walaupun tidak ngobrol setidaknya ada teman yang sama-sama orang asing. Busnya berjalan lelet banget sambil mencari penumpang sepanjang jalan dan beberapa kali mencari alamat untuk menyampaikan kiriman paket. Sampai di Mae Sai ternyata sudah kesorean. Waktu menunjukkan pukul 16.00 tidak memungkinkan untuk masuk ke Tachileik, karena angkutan umum terakhir ke Chiang Rai jam 17.00. Akhirnya saya pulang lagi ke Chiang Rai naik minivan yang lebih cepat.
saya baru tahu kalau ada golden triangel di thailand , terimakasih informasinya .
ReplyDeleteSama-sama mbak/mas pelangsing...
DeleteMbak saya akan ke chiang rai sept ini. Bisa minta rute dan bus atau sewa kendaraan disana? Karena saya pikir kendaraan umum sangat sulit dari mae sai ke chiang rai. Bisa di bantu mbak? Thx
ReplyDeleteSewa kendaraan kya motor atau mobil setau saya banyak kok rental2 disana, kendaraan umum bus dari mae sai - chiang rai juga banyak tapi kadang kendala bahasa tulisannya keriting semua. Atau bisa naik mobil Van yang lebih nyaman kya semacam travel, bisa dari terminal berangkat tiap jam sekali, waktu itu saya naik Green bus. Semoga bisa membantu.. :)
ReplyDelete